Brasilia –
Penyanderaan 37 penumpang bus di sebuah jembatan di Rio de Janeiro, Brasil, akhirnya berakhir setelah berlangsung selama empat jam dengan penuh ketegangan. Pelaku penyanderaan yang ternyata membawa senjata palsu, tewas ditembak oleh penembak jitu (sniper) dari kepolisian setempat.
Seperti dilansir CNN dan Associated Press, Rabu (21/8/2019), insiden ini berawal saat seorang pria bersenjata, yang mengklaim dirinya sebagai polisi militer, naik ke dalam sebuah bus umum yang berasal dari Sao Goncalo dan mengancam akan membakarnya. Pria ini dilaporkan menuangkan bensin di bagian dalam bus.
Penyanderaan ini berawal saat pria bersenjata itu naik ke dalam bus yang dihentikan di ruas jalanan yang ada di atas jembatan yang menghubungkan pusat kota Rio de Janeiro dengan wilayah Niteroi pada pada Selasa (20/8) pagi sekitar pukul 05.30 waktu setempat.
Ruas jalanan yang ada di jembatan sepanjang 13 kilometer itu dikenal sibuk dan selalu ramai kendaraan. Banyak orang melewatinya untuk bepergian dan berangkat kerja ke Rio de Janeiro. Ratusan kendaraan menumpuk di salah satu sisi jembatan saat penyanderaan berlangsung. Delapan lajur yang ada di jembatan itu ditutup sementara oleh polisi saat proses negosiasi berlangsung.
“Situasi penyanderaan di jembatan Rio-Niteroi telah berakhir,” demikian pernyataan dari polisi militer setempat. “Pelaku penyanderaan telah dinetralkan oleh seorang penembak jitu dari skuad elite dan seluruh sandera telah dibebaskan,” imbuh pernyataan itu.
Kepolisian setempat menyatakan seluruh sandera selamat. Sekitar enam sandera di antaranya diketahui dibebaskan lebih awal, secara bertahap, oleh pelaku saat penyanderaan masih berlangsung.
Awalnya kepolisian menyebut pria itu membawa senjata api dan sebilah pisau. Namun kemudian Letnan Kolonel Maurillio Nunes dari skuad eliter kepolisian yang menangani situasi ini, menyebut senjata api yang dibawa pelaku itu palsu.
Pelaku penyanderaan ditembak oleh sniper saat melangkah keluar dari bus, untuk melemparkan sebuah benda mirip sebuah tas. Suara tembakan terdengar beberapa kali saat polisi mengeksekusi pelaku penyanderaan. Tembakan sniper dilepaskan karena ada kekhawatiran pelaku akan membakar seluruh bus.
Wartawan yang ada di sekitar lokasi terpaksa menunduk saat momen ini terjadi. Situasi penyanderaan ini disiarkan langsung oleh televisi-televisi lokal, yang menayangkan situasi menegangkan di jembatan yang memiliki pemandangan panorama menarik ini.
Sugarloaf Mountain dan patung Kristus Penebus bisa dilihat langsung dari jembatan itu. Lokasi yang dipilih pelaku saat melakukan aksinya ini memberikan akses publikasi maksimum, namun dengan jalan keluar minim, karena jembatan ini membentang di atas perairan Teluk Guanabara.
Motif aksi penyanderaan ini masih belum jelas. Kepolisian setempat menyatakan bahwa pelaku tidak meminta tuntutan khusus kepada mereka. “Dia memberitahu kami bahwa dia tidak ingin barang bawaan kami, bahwa dia tidak ingin melukai kami, bahwa dia hanya ingin diingat dalam sejarah,” tutur salah satu sandera yang selamat, Hans Moreno.
Gubernur Rio de Janeiro, Wilson Witzel, memuji polisi yang berhasil menangani situasi ini tanpa jatuh korban. Witzel juga menegaskan bahwa aturan hukum yang berlaku di wilayahnya menyatakan setiap penjahat dengan senjata api ‘bisa dan harus ditembak oleh seorang sniper elite’.
Laporan media lokal yang dilansir AFP mengidentifikasi pelaku penembakan sebagai Willian Augusto da Silva (20). Witzel menuturkan kepada wartawan bahwa salah satu anggota keluarga pelaku ‘meminta maaf kepada seluruh masyarakat’ atas aksi penyanderaan ini.(MAD)