Washington DC –
Pentagon baru saja merilis laporan tahunan soal perkembangan militer China. Laporan itu menyebut bahwa China berupaya mengembangkan jaringan logistik militer di kawasan Samudra Hindia dengan mempertimbangkan beberapa negara, termasuk Indonesia, sebagai lokasi fasilitas logistik militernya.
Seperti dilansir Nikkei Asian Review, Rabu (2/9/2020), laporan Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) yang berjudul ‘Perkembangan Militer dan Keamanan melibatkan Republik Rakyat China’ itu merupakan laporan tahunan soal kekuatan militer China yang wajib diserahkan kepada Kongres AS.
Laporan itu membahas berbagai perkembangan militer China dan pada salah satu poin menyinggung soal kehadiran global militer China yang semakin berkembang. Disebutkan laporan itu bahwa China berupaya membangun jaringan logistik luar negeri yang lebih kuat dan infrastruktur pangkalan untuk memungkinkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) memproyeksikan dan mempertahankan kekuatan militer pada jarak lebih jauh.
“PRC (Republik Rakyat China-red) kemungkinan besar sudah mempertimbangkan dan merencanakan fasilitas logistik militer tambahan untuk mendukung proyeksi Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Angkatan Darat,” sebut laporan Pentagon tersebut, yang dirilis di situs resmi Departemen Pertahanan AS.
Ada beberapa negara, yang menurut Pentagon, menjadi pertimbangan China untuk lokasi fasilitas logistik militer terbaru di luar negeri. Ada nama Indonesia disebut dalam daftar negara tersebut.
“PRC kemungkinan telah mempertimbangkan Myanmar, Thailand, Singapura, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Kenya, Sychelles, Tanzania, Angola dan Tajikistan sebagai lokasi fasilitas logistik militer PLA,” demikian disebutkan laporan Pentagon.
Pentagon tidak menjelaskan lebih lanjut soal alasan China mempertimbangkan negara-negara tersebut sebagai lokasi fasilitas logistik militer tambahan. Hanya disebutkan Pentagon dalam laporannya bahwa jaringan global untuk logistik militer China bisa mengintervensi operasi militer AS dan mendukung operasi ofensif terhadap AS.
Menurut peneliti pada forum diskusi think-tank American Enterprise Institute, Zack Cooper, itu menandai pertama kalinya pengamatan semacam itu muncul dalam laporan Pentagon. Laporan itu menyebut China telah membuat tawaran ke Namibia, Vanuatu dan Kepulauan Solomon.(MAD)