Ottawa –
Pelaku yang menikam seorang pastor di depan jemaatnya di Montreal, Kanada telah ditangkap. Motif di balik aksi penikaman ini masih belum jelas, namun kepolisian setempat menyatakan aksi penikaman tidak terkait terorisme.
“Ini merupakan serangan terisolasi dan tidak ada yang mengaitkannya dengan terorisme,” sebut juru bicara kepolisian setempat, Caroline Chevrefils, kepada AFP, Sabtu (23/3/2019). Pihak kepolisian belum mengungkapkan motif pelaku.
Dalam insiden yang terjadi Jumat (22/3) pagi waktu setempat, seorang pastor bernama Clauder Grou (77) ditikam seorang pria yang awalnya duduk di antara jemaat gereja. Pria itu menyerang pastor Grou di altar dan di hadapan puluhan jemaat yang sedang menghadiri misa pagi.
Insiden mengerikan di St Joseph’s Oratory — gereja terbesar di Kanada — ini juga dilihat oleh publik umum karena misa pagi itu disiarkan langsung lewat layanan live streaming online dan ditayangkan televisi rohani Katolik setempat, Salt + Light.
Pastor Grou mengalami luka ringan di bagian atas tubuhnya, tepatnya di bagian dada, akibat serangan ini. Dia telah dilarikan ke rumah sakit setempat dan kondisinya dilaporkan stabil.
Pelaku yang tidak disebut identitasnya telah diamankan petugas keamanan gereja ketika polisi tiba di lokasi. Oleh polisi, pelaku ditahan untuk diselidiki lebih lanjut. Identitas pelaku tidak diungkap ke publik, hanya disebut usianya 36 tahun.
Dijadwalkan pelaku akan dihadirkan dalam persidangan pada Sabtu (23/3) waktu setempat, melalui videolink dari tempatnya ditahan.
Gereja St Joseph’s Oratory dan sekitarnya sempat diblokir usai penikaman terjadi. Namun aktivitas ibadah telah kembali normal saat ini. Jean-Francois Lefebvre yang sedang bekerja di depan gereja saat serangan terjadi, menuturkan dirinya melihat polisi membawa pergi pelaku yang diborgol.
“Saya mendapati insiden ini sangat disayangkan, terjadi di tempat yang penuh kedamaian, yang menarik jutaan pengunjung,” ucapnya kepada AFP. Diketahui bahwa Gereja St Joseph’s Oratory yang diklaim memiliki salah satu kubah gereja terbesar di dunia ini juga menjadi tempat ziarah umat Katolik.
“Dengan apa yang terjadi di Christchurch, tampaknya seluruh tempat ibadah kini menjadi target,” imbuh Lefebvre, merujuk pada aksi teror terhadap dua masjid di Christchurch, New Zealand, yang menewaskan 50 orang dan melukai puluhan orang lainnya.(ADI)