Caracas –
Warga Venezuela pendukung pemimpin oposisi Juan Guaido kembali turun ke jalanan saat peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day pada Rabu (1/5) waktu setempat. Satu orang tewas dalam aksi protes yang digelar sehari usai upaya kudeta terhadap Presiden Nicolas Maduro.
Dalam pernyataan pada Selasa (30/4) malam usai upaya kudeta dilancarkan, Guaido menyebut ‘aksi march terbesar’ dalam sejarah Venezuela akan digelar pada Rabu (1/5) waktu setempat. Dia menyebut ‘jutaan warga Venezuela’ ada di jalanan dalam ‘fase akhir’ dari kampanye melengserkan Maduro.
Namun aksi yang digelar saat May Day ini dipandang tidak akan berdampak konkret pada krisis Venezuela. Seperti dilansir Reuters, Kamis (2/5/2019), terpantau pada Rabu (1/5) sore waktu setempat, banyak demonstran pendukung Guaido dan oposisi yang ikut aksi protes di Caracas yang kembali ke rumah masing-masing.
Garda Nasional Venezuela sempat melepaskan tembakan gas air mata ke arah para demonstran yang tersisa. Bentrokan pun kembali pecah.
Satu demonstran dilaporkan terkena tembakan di kepala saat bentrokan pecah di Caracas. Organisasi HAM setempat melaporkan bahwa demonstran yang seorang wanita muda itu meninggal dunia saat menjalani operasi di rumah sakit setempat.
Dalam pernyataan via Twitter, Guaido mengonfirmasi bahwa satu demonstran wanita tewas setelah terkena tembakan.
Dalam upaya kudeta pada Selasa (30/4) waktu setempat, Guaido berupaya menunjukkan dukungan militer terhadap dirinya dan kelompok oposisi yang ingin melengserkan Maduro yang dinilai membawa Venezuela ke dalam krisis ekonomi dan kemanusiaan.
Dia kembali menyerukan agar militer Venezuela mendukung dirinya. Namun tampaknya kepemimpinan militer Venezuela tetap loyal pada Maduro yang berkuasa sejak kematian mendiang Hugo Chavez tahun 2013 lalu.
“Jika rezim berpikir kita telah mencapai tekanan maksimum, mereka tidak tahu. Kita haru tetap ada di jalanan,” ucap Guaido kepada ribuan pendukungnya di jalanan Caracas pada Rabu (1/5) waktu setempat.
Tidak diketahui pasti langkah apa yang selanjutnya akan dilakukan Guaido. Diketahui bahwa oposisi Venezuela kerap menggelar aksi protes besar-besaran melawan Maduro, namun selalu gagal untuk menggulingkannya meskipun resesi ekonomi dan hiperinflasi menyelimuti negara tersebut.
Sejumlah demonstran pendukung oposisi menyatakan mereka telah bersiap untuk proses penggulingan Maduro yang mungkin berlangsung lama.
“Kita harus tetap lanjut. Dalam tiga bulan, Guaido mampu melakukan yang tidak bisa mereka lakukan dalam 20 tahun dan kita harus sabar,” ucap salah satu demonstran bernama Laila Amezquita (52) yang berprofesi sebagai perawat.
Namun ada demonstran yang merasa frustrasi karena tidak banyak yang berubah sekitar tiga bulan setelah Guaido yang memimpin Dewan Nasional Venezuela, menyatakan dirinya sebagai Presiden interim Venezuela. Status Guaido sebagai Presiden interim Venezuela telah diakui oleh sekitar 50 negara, termasuk Amerika Serikat.(ADI)