Myanmar –
Myanmar gempar sejak 1 Februari ketika militer menggulingkan dan menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi, mengakhiri eksperimen selama satu dekade negara itu dengan demokrasi dan memicu protes massa setiap hari.
Tekanan internasional meningkat: Kekuatan Barat telah berulang kali menghantam para jenderal dengan sanksi, dan Inggris telah menyerukan pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Jumat.
Tetapi junta telah mengabaikan kecaman global, menanggapi pemberontakan dengan kekuatan yang meningkat.
“Hanya hari ini, 38 orang tewas,” utusan PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener mengatakan kepada wartawan Rabu, menambahkan bahwa lebih dari 50 orang telah tewas secara total sejak pengambilalihan militer, dengan lebih banyak lagi yang terluka, dikutip dari AFP, Kamis (4/3/2021).
“Hari ini adalah hari paling berdarah sejak kudeta terjadi,” katanya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut, termasuk rincian kematian.
Dia meminta PBB untuk mengambil tindakan yang sangat keras terhadap para jenderal, menambahkan bahwa dalam percakapannya dengan mereka, mereka telah menepis ancaman sanksi.(DAB)