Vatikan –
Pemimpin gereja Katolik tertinggi di dunia Paus Fransiskus meminta pihak gereja mengakui sejarah dominasi pria dan pelecehan seksual terhadap wanita. Selain itu Paus meminta gereja berupaya mengembalikan kepercayaan kaum muda pada gereja.
“Gereja yang hidup dapat melihat kembali sejarah dan mengakui bagian yang adil dari otoritarianisme laki-laki, dominasi, berbagai bentuk perbudakan, pelecehan dan kekerasan seks,” kata Paus seperti dilansir Reuters, Selasa (2/4/2019).
Paus menyebut kasus pelecehan seksual oleh rohaniawan sebagai ‘sebuah tragedi’ dan meminta kaum muda untuk membantu gereja di ‘saat gelap’. Menurutnya cara itu dapat membantu pihak gereja untuk mengajak menghormati kaum perempuan.
“Dengan pandangan ini, dia dapat mendukung seruan untuk menghormati hak-hak wanita, dan menawarkan dukungan yang meyakinkan untuk balasan yang lebih besar antara pria dan wanita, sementara tidak menyetujui dengan segala sesuatu yang diajukan beberapa kelompok feminis,” ujarnya.
“Gereja harus menjaga dan menarik kaum muda dengan menjelaskan doktrinnya dengan lebih baik, katanya.
Terkait kasus pelecehan seks, Paus pernah menolak pengunduran diri yang diajukan Kardinal Prancis, Philippe Barbarin, yang terbukti bersalah menutupi skandal seks pastor. Kardinal Barbarin dijatuhi hukuman percobaan enam bulan penjara usai dinyatakan bersalah tidak melaporkan dugaan kekerasan seksual oleh seorang pastor di wilayah keuskupannya.
Diketahui bahwa usai dijatuhi hukuman percobaan dalam persidangan di Lyon pada 7 Maret lalu, Kardinal Barbarin menyatakan akan mengajukan pengunduran diri kepada Paus Fransiskus. Pengunduran diri itu baru diserahkan kepada Paus Fransiskus di Vatikan pada Senin (18/3) waktu setempat.
“Senin (18/3) pagi, saya menyerahkan misi saya kepada Bapa Suci (Paus Fransiskus-red). Dia bicara soal praduga tak bersalah dan tidak menerima pengunduran diri ini,” ucap Kardinal Barbarin dalam pernyataannya seperti dilansir AFP, Rabu (20/3/2019). (DON)