Stockholm –
Sebuah kota bernama Gavle di Swedia diprotes warganya karena menampilkan sosok wanita berhijab pada papan iklan selamat datang di kota tersebut. Media setempat melaporkan bahwa sosok wanita berhijab dalam papan iklan itu terkait dengan masjid lokal yang pemimpinnya pernah dilaporkan memuji ISIS.
Seperti dilaporkan media lokal Swedia, Nyheter Idag dan dilansir Sputnik News, Senin (25/2/2019), otoritas kota Gavle menempatkan sesosok wanita muslim berhijab pada papan iklan digital untuk menyambut para pendatang ke kota itu. Papan iklan itu terletak di pintu masuk bagian utara kota Gavle.
Manajer komunikasi kota Gavle, Johan Adolfsson, menjelaskan bahwa wanita yang ada dalam papan iklan itu merupakan ‘salah satu dari banyak wanita muslim di Gavle’. Dia menekankan bahwa keberadaan wanita muslim itu pada papan iklan selamat datang menekankan ‘keberagaman hebat’ dari kota Gavle. Menurut Adofsson, ada sekitar 120 bahasa yang kini digunakan di Gavle. Ini menandakan betapa beragamnya penduduk kota Gavle.
Keputusan otoritas kota Gavle ini menuai kritikan dari sejumlah politikus setempat dan warga Swedia sendiri, termasuk para pemeluk Islam dan keturunan imigran yang seharusnya merasa terwakili oleh iklan itu.
Anggota parlemen Swedia dari Partai Demokrat, Roger Hedlund, yang juga menjadi anggota Dewan Kota Gavle, berargumen bahwa kerudung penutup kepala yang bagi sebagian wanita mengimplikasikan penindasan dan kurangnya kebebasan, tidak seharusnya dilegitimasi dengan cara apapun.
“Satu pihak seharusnya berpikir pertanda apakah ini. Beberapa pihak lainnya memang memakai penutup kepala, hijab, secara sukarela. Tapi tidak semua orang. Ini adalah penutup kepala yang bagi jutaan wanita di seluruh dunia melambangkan kurangnya kebebasan,” sebut Hedlund dalam komentarnya, seperti dikutip Nyheter Idag.
Rekan sesama anggota parlemen dari Partai Demokrat, Ghazal Saberian, menyebut papan iklan selamat datang itu menjadi pertanda obsesi pada Islam politis. “Apakah pernah terlintas di kepala Anda bahwa saat ini ada banyak wanita dipenjara di Iran dan dicambuk hanya karena melepas kerudungnya? Pernahkah Anda terpikir bahwa wanita-wanita dirajam hingga tewas di Arab Saudi karena mencopot kerudungnya?” tulis Saberian dalam komentar via Facebook.
Anggota parlemen Swedia lainnya dari partai Kristen Demokrat, Soheila Fors, bahkan membagikan pesan yang diterimanya dari seorang warga Muslim setempat yang tidak memakai hijab.
“Seorang wanita Gavle menulis pesan kepada saya. ‘Saya seorang Muslim tapi tidak memakai kerudung. Saudara perempuan saya di Iran ada di penjara karena melepas kerudungnya. Di sini, pemerintah kota menampilkan iklan dengan seseorang berhijab. Kenapa tidak memakai kami yang biasa saja? Apakah mereka memahami bahwa poster (iklan-red) itu mengakui dan menerima kebencian dan persekusi terhadap kami?’,” tulis Fors mengutip pesan wanita muslim bernama Zohrem, via akun Facebook-nya.
Dijelaskan Adolfsson bahwa wanita dalam iklan itu memilih sendiri untuk memakai hijab sesuai dengan keinginannya dan sebagai bagian dari identifikasi diri. Ditekankan juga oleh Adolfsson bahwa wanita itu telah terpilih sebagai ‘Duta Kota Gavle’.
Laporan media lokal Swedia, Samhallsnytt, semakin memperuncing situasi. Media lokal itu menyebut sosok wanita dalam papan iklan tersebut, yang diidentifikasi bernama Suzan Hindi (32), memiliki keterkaitan dengan Masjid Gavle atau Masjid al-Rashideen, yang sebelumnya pernah dilaporkan menjadi ‘markas’ Islam radikal. Menurut laporan Samhallsnytt, pemimpin spiritual wanita itu, Abu Raad, pernah memuji ISIS dan bahkan berupaya menggalang dana untuk teroris.
Belum ada tanggapan dari pihak masjid maupun dari Suzan Hindi dan Abu Raad sendiri atas laporan Samhallnytt. Laporan itu memicu semakin banyak warga Swedia yang meminta iklan itu dicabut dan agar pemerintah kota Gavle meminta maaf ke publik.(NOV)