BABEL,khatulistiwaonline.com
Berawal dari laporan keluarga korban pada hari Jum’at tanggal 02/03/2018 pukul 3.10 WIB kepada wartawan Khatulistiwa tentang dugaan tindak kekerasan yang dilakukan seorang oknum guru olahraga bernama Hartono.
Hartono diduga telah dengan sengaja melempar kepala siswa anak didiknya bernama Rifki Pratama, murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) 6 Belinyu, Kelurahan Air Jukung, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Kejadiannya terjadi pada hari Jum’at sekitar pukul 10.45 Wib menjelang waktu sholat Jum’at. Pada pukul 3.30 WIB, wartawan Khatulistiwa bersama rekannya wartawan Koran Tekad dijemput oleh paman korban menggunakan mobil agar bersama-sama berangkat ke Kota Belinyu ke rumah orang tua korban, yaitu Rifki Pratama.
Setibanya di rumah korban ternyata Hartono sudah berada di rumah korban didampingi Haryani selaku wali kelasnya Rifki dan sedang berbincang-bincang dengan ibu korban bernama Linda, dengan maksud serta tujuan untuk meminta maaf atas kejadian yang menimpa anak didiknya Rifki Pratama, yang telah menyebabkan luka lebam dan benjol di pelipis mata kiri Rifki.
Sebelumnya, menurut keterangan saudara kandungnya Linda, yaitu Andri, SH tentang kronologis kejadian yang menimpa Rifki, bahwa luka lebam di pelipis mata kiri itu akibat lemparan potongan pipa paralon oleh guru olahraganya Rifki.
Hartono ini menurut penuturan Andri, SH pasca kejadian murid-murid kelas 5 sedang mengikuti mata pelajaran olahraga. Teman-teman Rifki sedang bermain di atas matras sambil saling tindih menindih, melihat hal tersebut Hartono menegur siswa-siswanya, namun mereka tetap membandel. Mungkin karena kesal, Hartono yang pada saat itu sedang memegang sepotong pipa paralon langsung melempar ke arah siswa yang membandel, namun pipa yang ia lempar tidak mengenai sasaran dan celakanya pipa tersebut malah mengenai Rifki.
Pipa yang dilempar Hartono ini tepat menghantam pelipis mata sebelah kiri di atas alis matanya Rifki. Ini menandakan bahwa Hartono sangat teledor atau pun arogan emosional.Wajar saja selaku paman, Andri, SH sangat berang saat tiba di rumah Rifki Pratama dengan tingkah laku guru olahraga tersebut. “Untung tidak kena mata, coba kalau kena maka akibatnya akan fatal dapat merusak organ atau kornea mata Rifki,” ujar Abdri.
Keesokan harinya atau Sabtu (3/3) pukul 11.00 WIB, Khatulistiwa bersama wartawan Koran Tekad WIB mendatangi sekolahan Rifki, yaitu SDN 6 Belinyu untuk konfirmasi lebih lanjut. Saat dikonfirmasikan di ruang Kepala Sekolah, Hartono pun menceritakan kronologis kejadiannya. Menurut keterangannya bahwa dirinya tidaklah sengaja melakukan perbuatan ini.
Dikatakan, saat kejadian tersebut siswa-siswanya sedang bermain-main saling tindih di atas kasur matras, dan ia telah menegur tapi tidak diindahkan. “Saya tidak melempar pipa ke arah siswa saya Pak, saya hanya membantingkan pipa yang saya pegang, namun pipanya terpental menghantam Rifki!,” ujarnya.
Mungkin pipanya terbuat dari bahan karet? Justru sikap yang seperti inilah yang seharusnya tidak harus dilakukan oleh seorang guru di hadapan siswa-siswanya ini. Seharusnya seorang guru memberikan contoh yang baik bukan bikin benjol kepala muridnya. Jelas ini sudah masuk ke ranah hukum pidana penganiayaan. Sengaja atau tidak unsurnya sudah terpenuhi, dalam catatan sejarah sudah terlalu banyak kasus-kasus kejadian di negeri ini, guru yang telah melakukan tindakan kekerasan, pelecehan seksual dan lain-lain bahkan kasus-kasusnya semakin meningkat meski sudah ada undang-undang perlindungan anak dan perempuan.
Rasa sesal serta rasa bersalah Hartono ini sudah tidak berarti lagi. Sikapnya telah membuat keluarga besar korban telah sakit hati dan kecewa berat. Tingkah laku Hartono ini harus dipertanggungjawabkan atau harus mendapatkan sanksi berat dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka Induk.
Yang paling sangat disesalkan oleh pihak keluarga besar Rifki, kenapa pada saat kejadian sepertinya Hartono kurang beritikad baik. Seharusnya pada saat kejadian Hartono segera membawa Rifki ke Puskesmas terdekat untuk segera mengobatinya dan mengantarkan pulang ke rumah serta meminta maaf kepada keluarga korban.
Rifki hanya dibawa ke ruang UKS dan diobati dengan hanya menggunakan obat salep seadanya, bahkan Rifki pulangnya jalan kaki. Sedangkan Hartono pergi begitu saja meninggalkan Rifki dengan alasan sholat Jumat. Sungguh sangat disayangkan sikap serta tingkah laku oknum guru ini mengotori dunia pendidikan.
Kepada Kepala Dinas Pendidikan harus segera memanggil Hartono dan berikan sanksi yang berat agar tidak ada lagi Rifki-Rifki yang lain serta dapat memberikan efek jera terhadap guru yang lain tentunya. (WAN)