Kuala Lumpur –
Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak menanggapi dibukanya kembali kasus pembunuhan model cantik Mongolia, Altantuya Shaariibuu, yang menyeret namanya. Dia menyebut ada pihak-pihak yang berupaya melibatkan dirinya dalam kasus lama, yang menurutnya, ‘didaur ulang’ oleh oposisi yang telah memenangi pemilu Malaysia.
Seperti dilansir Channel News Asia, Senin (25/6/2018), melalui salah satu postingan di blog resminya, NajibRazak.com, Najib kembali menegaskan dirinya tidak terlibat dalam kasus pembunuhan Altantuya. Bantahan semacam ini telah berulang kali disampaikan Najib sebelumnya.
“Kasus ini telah diselidiki, disidangkan dan diakhiri di Pengadilan Federal,” tegas Najib dalam postingan tanpa tanggal ini. Najib menyebut kasus ini terus ‘didaur ulang’ oleh oposisi.
“Saya tidak terlibat dan tidak tahu apapun soal itu. Pengadilan telah memutuskan siapa yang bersalah atas pembunuhan tersebut. Itu seharusnya menjadi akhir cerita,” sebut Najib. “Apa yang penting adalah persidangan membawa keadilan bagi semua orang, yang terpenting bagi keluarga korban, terdakwa dan bahkan bagi saya,” ujarnya.
“Saya telah berkali-kali menyatakan bahwa saya tidak terlibat kasus ini dan bahkan telah mengambil sumpah di atas Quran di masjid,” imbuh Najib.
Lebih lanjut, Najib menuding pemerintahan Pakatan Harapan yang kini berkuasa dan dipimpin PM Mahathir Mohamad telah melakukan ‘permainan psy-war’ untuk mempengaruhi persepsi publik soal dirinya. Salah satunya dengan merilis foto rekayasa Najib makan malam dengan Altantuya. “Di era media sosial ini, hal-hal semacam ini menjadi viral tanpa terkendali, termasuk foto rekayasa,” sebutnya.
Altantuya (28) tewas dibunuh di Malaysia tahun 2006. Dia ditembak mati sebelum jenazahnya diledakkan dengan peledak level militer hingga hancur berkeping-keping di sebuah hutan dekat Subang Dam, Puncak Alam, Shah Alam. Dua mantan polisi Malaysia bernama Sirul Azhar Umar dan Azilah Hadri divonis mati atas pembunuhan ini. Namun pertanyaan soal motif dan siapa yang memerintahkan pembunuhan Altantuya tidak pernah terjawab.
Altantuya ada di rumah pengamat politik Abdul Razak Baginda, mantan penasihat dan rekan Najib, sebelum dia dibunuh. Altantuya dibawa keluar rumah secara paksa oleh Sirul dan Azilah. Keduanya saat itu diketahui masih aktif menjadi pengawal Najib, yang itu menjabat Menteri Pertahanan.
“Karena dua pengawal bekerja untuk saya dan, Razak Baginda merupakan teman dan rekan, mereka berupaya mengaitkannya dengan saya. Razak Baginda telah secara terbuka mengakui hubungannya dengan Altantuya, tapi tidak mungkin saya tahu soal itu,” ucap Najib dalam komentarnya, merujuk pada hubungan asmara yang terjalin antara Razak Baginda dan Altantuya saat pembunuhan terjadi. Sirul dan Azilah dijatuhi vonis mati, sedang Razak Baginda yang didakwa penghasutan akhirnya dibebaskan.
Dugaan banyak pihak menyebut Altantuya dibunuh karena perannya sebagai penerjemah bagi Razak Baginda dalam perundingan pembelian dua kapal selam kelas Scorpene dari perusahaan raksasa Prancis, DCNS tahun 2002. Pembelian kapal selam itu diduga kuat sarat penyuapan. Najib sebelumnya telah membantah tuduhan terkait Altantuya maupun tuduhan korupsi dalam pembelian kapal selam tersebut.
Pekan lalu, Kepala Kepolisian Federal Malaysia, Inspektur Jenderal Polisi Mohamad Fuzi Harun telah mengonfirmasi bahwa kasus Altantuya akan diselidiki ulang. Najib menyatakan, diungkitnya kembali kasus pembunuhan Altantuya sungguh ‘mengganggu’. “Tun Abdullah Ahmad Badawi, mantan PM, telah menerima laporan penyelidikan lengkap dari polisi dan telah secara pribadi mengonfirmasi bahwa saya tidak terlibat,” tegas Najib lagi.
“Saya mendapatinya sangat mengganggu bahwa isu ini diungkit sekali lagi. Kita semua tahu jika pemimpin-pemimpin veteran bersikeras mengungkitnya, bahkan setelah berlalu, akan secara otomatis membuat isu ini bangkit kembali,” ujar Najib. (ADI)