JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM –
Junta Myanmar memberlakukan darurat militer di dua kota padat penduduk Yangon. Hal ini diberlakukan setelah sedikitnya 18 pengunjuk rasa tewas dalam satu hari sejak kudeta 1 Februari.
Dilansir AFP, Senin (15/3/2021) kekerasan yang terjadi membuat jumlah massa yang tewas dalam protes masal menjadi 100 orang. Namun, para kelompok hak asasi meyakini jumlah korban lebih dari 100 orang.
Media yang dikelola pemerintah hari Minggu malam mengumumkan bahwa kota besar Hlaing Tharyar Yangon dan kota tetangga Shwepyitha akan ditempatkan di bawah darurat militer. Kota-kota kecil yang luas dikenal sebagai pusat pabrik dan rumah bagi pabrik garmen.
“Junta memberikan kekuasaan administratif dan peradilan darurat militer kepada komandan regional Yangon, untuk melakukan keamanan, menjaga aturan hukum dan ketenangan dengan lebih efektif,” kata seorang penyiar media pemerintah.
Tentara dan polisi dalam beberapa pekan terakhir melakukan tindakan keras hampir setiap hari terhadap para demonstran yang menyerukan kembali ke demokrasi. Para petugas menggunakan gas air mata dan menembakkan peluru karet dan peluru tajam untuk memadamkan protes anti-kudeta.
Di kotapraja Hlaing Tharyar, polisi dan tentara bentrok dengan kekerasan, dengan pengunjuk rasa yang memegang tongkat dan pisau dan bergegas berlindung di balik barikade darurat.
Para pengunjuk rasa yang menggunakan potongan tong sampah sebagai tameng berhasil menyelamatkan beberapa demonstran yang terluka ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan, tetapi seorang dokter mengatakan tidak semua bisa dihubungi.
“Saya dapat memastikan 15 orang telah meninggal,” kata dokter.(MAD)