JAKARTA,khatulistiwaonline.com
Tahun baru Imlek 2568 baru saja diperingati oleh warga Tionghoa di seluruh dunia. Satu hal yang menarik saat Imlek di Indonesia adalah hujan yang senantiasa mengguyur.
Sejak hari tahun baru Imlek dua hari lalu, wilayah Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan dari intensitas rendah ke tinggi. Tak jarang kemudian ada yang mengaitkan Imlek dengan turunnya hujan.
Lalu, bagaimana penjelasan ilmiahnya?
“Karena periode Imlek terjadi antara bulan Januari dan Februari, sehingga identik dan bersamaan dengan bulan-bulan puncak musim hujan,” ujar Kasubid Informasi BMKG Harry Tirto kepada khatulistiwaonline, Senin (30/1/2017).
Tahun baru Imlek memang jatuh antara akhir Januari dan awal Februari. Hal ini terjadi karena penghitungan hari dalam Imlek merupakan gabungan berdasarkan fase bulan mengelilingi bumi dengan bumi mengelilingi matahari (lunisolar). Itulah sebabnya hari dalam tahun Imlek tidak sama dengan kalender Masehi ataupun Hijriah.
“Secara umum, bulan Januari-Februari merupakan bulan puncak musim hujan untuk wilayah Indonesia di sebelah selatan Khatulistiwa. Jika dilihat secara klimatologisnya, pertengahan Januari-pertengahan Februari merupakan periode potensi curah hujan yang tinggi dan intensif,” tutur Harry.
Menurut sejarah, Imlek memang merupakan awal hari musim semi yang dirayakan oleh leluhur orang Tionghoa di China. Setelah berbulan-bulan diselimuti musim dingin dan tak dapat bercocok tanam, mereka bahagia saat musim semi tiba. Turunnya hujan pada tahun baru Imlek juga dimaknai sebagai berkah bagi warga Tionghoa. (RIF)