Washington DC –
Militer Amerika Serikat (AS) mengatakan ingin membeli sepasang sistem pertahanan udara jarak pendek Iron Dome. Peralatan ini merupakan sebuah teknologi pencegat rudal yang dikembangkan oleh Israel dengan dukungan AS.
Dilansir dari AFP, Kamis (7/2/2019), Juru bicara militer Kolonel Patrick Seiber mengatakan kesepakatan itu akan memenuhi kebutuhan jangka pendek untuk melindungi pasukan dari tembakan tidak langsung seperti roket dan mortir. Namun, Belum ada keputusan yang dibuat tentang di mana kedua sistem dapat digunakan.
“Iron dome akan dinilai dan diujicobakan sebagai sistem yang saat ini tersedia untuk melindungi anggota militer AS yang dikerahkan terhadap berbagai ancaman tembakan tidak langsung dan ancaman udara,” kata Seiber dalam sebuah pernyataan.
Sistem Iron Dome telah dioperasikan oleh angkatan udara Israel sejak 2011 dan telah sering digunakan dalam menggagalkan serangan roket dari Gaza atau tempat lain. Seiber mengatakan Angkatan Darat AS akan menilai berbagai opsi untuk sistem yang bisa digunakan dalam jangka panjang.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang juga menjabat sebagai menteri pertahanan, menyebut kesepakatan itu sebagai bukti lebih lanjut dari aliansi Israel dengan AS.
“Israel memiliki Kubah Besi dan tinju besi. Sistem kami tahu bagaimana menghadapi ancaman, baik dalam pertahanan maupun dalam serangan. Saya tidak akan merekomendasikan musuh kami untuk menyerang kami,” katanya dalam pernyataan kementerian pertahanan.
Seiber mengatakan Angkatan Darat AS mengusulkan pengeluaran USD 1,6 miliar hingga 2024 untuk membuat kemampuan yang bertahan lebih lama yang termasuk bagian dari sistem Iron Dome. Sistem Iron Dome sendiri dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems Israel dengan bantuan dana AS.
Ini dirancang untuk mencegat roket dan peluru artileri yang ditembakkan dari jarak empat hingga 70 kilometer. Setiap baterai terdiri dari radar pendeteksi dan pelacak, perangkat lunak kendali api canggih dan tiga peluncur, masing-masing dengan 20 rudal pencegat. (ARF)