Washington DC –
Militer Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya mengakui rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-15 buatan Korea Utara (Korut) bisa mengenai target di manapun di daratan utama AS. Rudal Hwasong-15 itu diperkirakan memiliki jangkauan nyaris 13 ribu kilometer.
Seperti dilansir kantor berita Korea Selatan (Korsel), Yonhap News Agency dan Japan Times, Jumat (12/7/2019), pengakuan tersebut disampaikan oleh Pasukan Amerika Serikat Korea (USFK) dalam laporan resmi pertamanya soal rudal jarak jauh yang dirilis pekan ini.
USFK merupakan komando sub-terpadu dari Komando AS untuk wilayah Indo-Pasifik. Laporan berjudul ‘2019 Strategic Digest’ itu merupakan laporan tahunan yang dipublikasikan oleh USFK dan Komando PBB dan Komando Pasukan Gabungan.
Diketahui bahwa rudal Hwasong-15 pertama kali diuji coba Korut pada 29 November 2017 lalu. Saat itu, Korut mengklaim rudal antarbenua ini bisa membawa ‘muatan berat super-besar yang mampu menyerang seluruh daratan utama AS’. Saat diuji coba, rudal Hwasong-15 dilaporkan mengudara selama 53 menit dan mencapai ketinggian 4.500 kilometer, sebelum jatuh di perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang. Rudal ini juga disebut mengudara sejauh 960 kilometer.
Laporan USFK menyebut bahwa rudal Hwasong-15 yang disebut memiliki jangkauan rata-rata 8 ribu mil atau 12.874 kilometer ‘mampu menyerang bagian manapun pada daratan AS’.
Menurut laporan USFK, Korut memiliki dua jenis rudal antarbenua lainnya, yakni Hwasong-13 yang memiliki jangkauan 5.500 kilometer dan Hwasong-14 dengan perkiraan jangkauan 12.874 kilometer yang ‘mampu menjangkau sebagian besar daratan AS’. Hwasong-14 diuji coba oleh Korut pada 4 Juli 2017.
“Meskipun tahun 2018 ada jeda dari provokasi Korea Utara yang berulang pada tahun 2016 dan 2017, tantangan mendasar untuk Republik Korea (Korsel)-AS tidak berubah. Aliansi menghadapi ancaman yang diberikan Korea Utara,” sebut laporan USFK itu.
Sejak November 2017, Korut mematuhi moratorium yang ditetapkannya sendiri terhadap uji coba nuklir dan rudal antarbenua. Dialog soal program senjata nuklir dengan AS juga upaya-upaya perdamaian antara Korut dan Korsel terus berlangsung. Namun pada Mei 2019, Korut kembali melakukan uji coba persenjataan dengan melibatkan rudal jarak jauh yang berdampak pada buntunya dialog dengan AS.
“Sementara (pemimpin Korut) Kim Jong-Un memerintahkan pembongkaran tempat uji coba rudal, juga penghancuran fasilitas uji coba nuklir di Punggye-ri yang sangat dipublikasikan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan akhir, denuklirisasi secara menyeluruh yang terverifikasi,” tulis laporan USFK.
Secara garis besar, laporan USFK ini menyatakan bahwa Korut masih jauh dari memenuhi persyaratan yang ditetapkan AS untuk denuklirisasi.(MAD)