Jakarta, KHATULISTIWAONLINE.COM –
Dikutip dari CNBC, yen Jepang, yuan China dan dolar AS ini memang pergerakannya dibayangi oleh perbedaan suku bunga di masing-masing negara dan kebijakan moneter yang ditempuh.
Kebijakan bunga ini diambil saat bank sentral harus menghadapi angka inflasi yang masih kuat. Meskipun memang sempat merosot usai COVID-19 dan perang Rusia versus Ukraina hingga menyebabkan krisis energi.
Di Jepang, yen tertekan lebih dari 9% dari dolar AS. Sementara itu untuk ringgit tercatat turun 6% dan yuan turun hampir 5%. Ketiga mata uang ini masuk ke dalam daftar mata uang yang paling terpukul penguatan dolar AS.
Ekonom dan Ahli Strategi Mata Uang di Commonwealth Bank of Australia Carol Kong menyebutkan pemerintah Jepang harus tepat bahkan Jepang diramal akan melakukan intervensi untuk menyelamatkan yen.
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki menyebutkan pada Selasa ada pergerakan ekstrim dalam penurunan yen. Kondisi ini membutuhkan respons cepat dari pemerintah. Tahun lalu saja Kemenkeu Jepang melakukan intervensi dengan menggelontorkan sekitar US$ 68 miliar untuk menyelamatkan yen pada periode 22 September, 21 Oktober dan 24 Oktober. Saat itu yen mencapai level terendah sejak 1990 lalu.
Malaysia juga menyebut depresiasi yang terjadi pada ringgit baru-baru ini tidak mencerminkan fundamental ekonomi Malaysia. “Bank Negara Malaysia akan melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk membendung pergerakan mata uang yang sangat cepat,” kata Asisten Gubernur BNM Adnan Zaylani.(MON)