Den Haag –
Pembantai ribuan muslim Bosnia, Jenderal Ratko Mladic telah divonis penjara seumur hidup atas genosida, kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Sebelum pembacaan putusan, pria yang dijuluki “Si Jagal Bosnia” itu berteriak-teriak marah hingga dikeluarkan dari ruang sidang.
Mahkamah Pidana Internasional untuk Bekas Yugoslavia, di Den Haag, Belanda pada Rabu (22/11) waktu setempat, menyatakan Mladic bersalah melakukan genosida terhadap lebih dari 7 ribu muslim Bosnia di Srebenica pada tahun 1995.
Di persidangan, Mladic awalnya duduk dengan tenang. Namun di tengah persidangan, pria berumur 74 tahun itu sempat harus dibawa keluar dari ruang sidang. Seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (23/11/2017), Mladic dibawa keluar untuk mendapatkan perawatan atas peningkatan mendadak tekanan darahnya.
Beberapa saat kemudian, Mladic pun kembali ke ruang sidang. Di ruang sidang, dia mulai berteriak-teriak kepada para hakim. “Semua yang kalian katakan itu bohong,” serunya kepada majelis hakim.
Mesti telah diminta untuk bersikap tenang, Mladic terus mengoceh dan berteriak mengumpat para hakim. Terlebih setelah hakim menolak permohonan tim pengacaranya agar persidangan dihentikan ataupun dipersingkat dikarenakan tingginya tekanan darah Mladic.
Hakim pun akhirnya memerintahkan Mladic diusir dari ruang sidang. Sehingga Mladic pun tak mendengar langsung saat ketua majelis hakim, Alphons Orie membacakan putusan. Hakim Orie menyebut kejahatan-kejahatan Mladic sebagai salah satu kejahatan paling biadab dalam sejarah umat manusia.
Atas vonis penjara seumur hidup ini, tim pengacara Mladic menyatakan akan mengajukan banding. Selama menunggu proses sidang banding, Mladic akan terus ditahan di pusat penahanan PBB di dekat Den Haag. Setelah itu, barulah dia akan dikirim ke sebuah penjara di salah satu negara yang telah menandatangani kesepakatan Mahkamah mengenai penegakan hukuman tersebut.
Seperti diberitakan BBC, Kamis (23/11/2017), kekejaman yang dilakukan Mladic berawal pada 1992, ketika Muslim Bosnia dan warga Kroasia memilih merdeka dalam referendum yang diboikot oleh warga Kroasia. Yang terjadi kemudian adalah perang terbuka antara Muslim Bosnia dan Kroasia di satu sisi dan Serbia Bosnia di kubu lain.
Bersama pemimpin politik Serbia, Radovan Karadzic, Mladic adalah tokoh kunci pembersihan etnis yang menyebabkan puluhan ribu orang tewas dan ratusan ribu lainnya mengungsi. Peristiwa ini banyak digambarkan sebagai kekejaman terburuk di Eropa pasca-Perang Dunia.
Mladic aktif hadir di berbagai garis depan dan membawahi tak kurang dari 180.000 tentara, yang pada fase awal perang menguasai lebih dari 70% wilayah Bosnia. Perang berlangsung brutal, termasuk pengepungan tanpa henti selama tiga tahun terhadap Sarajevo yang menyebabkan lebih dari 10.000 orang meninggal. Juga pembantaian di Srebenica yang menewaskan lebih dari 7.000 laki-laki dan remaja Muslim Bosnia. Mereka dibantai dan mayat mereka dibuang begitu saja di sejumlah kuburan massal.
Srebenica adalah wilayah yang didiami muslim Bosnia, sekitar 80 km di utara Sarajevo, dan sebenarnya memiliki status daerah perlindungan PBB. Pada 1995, tentara Mladic memasuki kota ini dan menangkap remaja dan ribuan laki-laki Muslim berusia antara 12 hingga 77 tahun.
Dalam kurun lima hari, di satu lapangan di luar kota, lebih dari 7.000 Muslim Bosnia dieksekusi, dilaporkan dengan menggunakan senapan mesin, sebelum dibuang dengan menggunakan buldoser di kuburan-kuburan massal. (RIF)