JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM –
“Saya meminta Kementerian Luar Negeri tidak hanya memastikan investigasi transparan bersama otoritas setempat, tetapi juga melakukan evaluasi menyeluruh terhadap SOP keamanan dan kesejahteraan staf KBRI,” ujar Anton kepada wartawan, Rabu (2/9/2025).
Kemenlu, terangnya, harus berkoordinasi dengan pihak keamanan Peru untuk mengusut tuntas kejadian penembakan ini. Menurut dia, kejadian ini menjadi pengingat serius bahwa tugas diplomatik kerap membawa risiko tinggi.
“Sehingga saya menekankan pentingnya perlindungan maksimal bagi para staf KBRI yang bertugas di luar negeri,” tuturnya.
Bagi Anton, peristiwa ini tak bisa dianggap kasus kriminal biasa. Nyawa setiap staf yang mengabdi pada negara harus menjadi prioritas tertinggi.
“Untuk mencegah kejadian yang sama terulang, serta meminimalisasi risiko yang dihadapi, saya mendorong agar Kemlu meninjau kembali skema tunjangan serta fasilitas perlindungan bagi para diplomat dan keluarganya sehingga mereka dapat menjalankan misi negara dengan rasa aman, terlindungi, dan bermartabat,” sambung Anton.
“Misalnya, penambahan asuransi khusus bagi seluruh personel yang ditempatkan di negara-negara dengan tingkat risiko tinggi. Asuransi ini harus mencakup tidak hanya nyawa, tetapi juga perlindungan terhadap ancaman perampokan, penculikan, dan kekerasan lainnya,” lanjutnya.
Diketahui, Zetro meninggal dunia setelah ditembak tiga kali oleh seseorang yang tak dikenal, beberapa meter dari tempat tinggalnya di wilayah Lince, Lima.
Zetro yang mengalami luka parah akibat tembakan itu sempat dievakuasi ke Klinik Javier Prado. Namun nyawanya tidak dapat diselamatkan.
Zetro, yang menjabat Penata Kanselerai Muda di KBRI Lima, dilaporkan sedang bersepeda bersama istrinya saat ditembak. Sang istri berhasil selamat dari penyerangan tersebut dan saat ini masih di bawah perlindungan kepolisian setempat. (HAN)