TANA PASER, KHATULISTIWAONLINE.COM
Usia lanjut bukan penghalang bagi seseorang untuk tetap aktif menekuni kegiatan sehari-hari.
Demikian halnya dengan Sukini, janda kelahiran Blora, Jawa Tengah pada 4 Agustus 1951 ini. Dia merupakan salah satu wanita tangguh.
Bagaimana tidak, di usianya yang menginjak 70 tahun masih aktif berjualan berkeliling kampung di Kelurahan Long Ikis, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.
Setiap hari menuntun sepedanya dengan membawa berbagai jajanan yang diolah sendiri. Jajan yang dibawa seperti, mendut, pepes, tape ketan dan sebagainya.
Terkadang Sukini juga menerima pesanan pembuatan makanan lainnya. Pernah anaknya meminta Sukini untuk berhenti berjualan, namun karena terbiasa dengan aktifitasnya wanita Lansia ini jatuh sakit.
Prinsip hidup Sukini adalah jujur, gigih dan ulet. Seperti halnya Mbah Sukini, Mbah Warsinem atau biasa orang mengenalnya Mbah tempe, wanita yang lahir di Kaliwiro sebuah desa di Kabupaten Wonosobo ini memiliki tanggal lahir 17 Agustus 1959, bertepatan dengan hari ulang tahun kemerdekaan RI.
Warsinem saat ini berdomisili di RT 001 Desa Semuntai, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.
Aktifitas yang dilakukannya adalah berjualan tempe dan peyek di Pasar Semuntai pada hari Selasa dan Sabtu. Terkadang Warsinem menerima pesanan, hanya sekarang di batasi hal tersebut karena usia.
” Berat untuk menumbuk kedele terlalu banyak ujarnya.
Pernah ada yang menawarkan mesin penggiling kedele, tapi sampai saat ini menurut Warsinem belum diterima. “
Membuat tempe itu harus sabar, tidak boleh bertengkar, menggerutu dan harus bersih.
Alat yang digunakan juga tidak boleh di pakai untuk yang lainnya, papar Warsinem.
“Dalam sholat saya selalu memohon kepada Allah agar diberi kesehatan,” tuturnya.
Lansia binaan LKS LU Pandu Qolby Paser ini terbilang tangguh dan pantang menyerah. Ketua Yayasan Pandu Qolby Paser yang sekaligus pimpinan LKS – LU Iwan Muhardi mengatakan, tidak semua Lansia tidak produktif dan mereka berdua ini hanya salah satu contoh dan bisa di jadikan teladan bagi generasi muda.
” Keduanya lahir di bulan Agustus dan salah satunya lahir bertepatan HUT RI kata Iwan.
Kepada Khatulistiwaonline, Iwan memaparkan, saat ini Yayasan menerima hibah tanah seluas 400 M2, dari Pak Sudiadi salah seorang putra daerah asli Paser yang dikenal tinggi kepedulian sosialnya.
“Bila didukung banyak pihak kami akan mendirikan lingkungan pondok sosial se- Kalimantan.
Sebagai kabupaten penyangga calon Ibukota baru tentu hal ini sebuah kebutuhan papar Iwan. (ONE)