JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM –
Turis Arab menyukai alam dan suasana di negara bagian Bayern di selatan Jerman. Selama bertahun-tahun, pengunjung berdompet tebal dari kawasan Teluk datang ke Jerman untuk menghindari musim panas yang tak tertahankan di negara mereka, dan disambut hangat di daerah tujuan.
Para pelaku bisnis perhotelan Jerman tidak sungkan mengeluarkan biaya apa pun untuk membuat klien kaya mereka merasa seperti di rumah sendiri: Staf berbahasa Arab dipekerjakan, menu makanan disesuaikan dengan selera dan tradisi makan Arab, program TV di hotel memasukkan saluran-saluran televisi Arab. Di kamar hotel dipasang panah yang mengarah ke Mekah untuk memudahkan para tamu melakukan salat.
Namun krisis Covid-19 sekarang menghentikan arus turis dari negara-negara Arab, Jerman sendiri masih melarang kunjungan wisata dari luar negeri. Ini pukulan berat bagi kota Mnchen, ibukota negara bagian Bayern. Sejauh ini, Mnchen merupakan tujuan paling populer di Jerman bagi turis Arab. Hampir 530.000 turis dari Kawasan Teluk menginap di Munchen tahun 2019.
“Mereka memainkan peran yang sangat penting bagi kami,” kata Robert Leckel, Direktur Pemasaran Wisata Mnchen. “Sebagai tamu yang gemar berbelanja, mereka adalah faktor penting, bahkan sudah menjadi bagian dari masyarakat kota Mnchen selama musim panas,” tambahnya.
Iklim pegunungan Alpen yang menyegarkan
Para tamu dari jazirah Arab terutama senang datang ke Bayern karena iklimnya yang relatif sejuk. Wilayah Alpen sangat populer sebagai kontras dengan lanskap gurun pasir di negara mereka. Warna hijau terbentang di kawasan hutan dan lembah, banyak danau-danau indah menawarkan kelegaan dan tentu saja suasana pegunungan salju yang sangat menarik.
Tetapi, kegiatan favorit para turis Arab adalah berbelanja, kata Robert Leckel. Dan Mnchen adalah kota yang ideal untuk melakukannya. “Di sini tempat belanja sangat bagus, pusat kota sangat teratur, semuanya bisa dicapai dengan nyaman dengan berjalan kaki. Itu sangat penting bagi para tamu Arab,” jelasnya.
Alasan penting lainnya bagi banyak turis Arab datang berbelanja di Jerman adalah karena situasinya aman. Mereka bisa bergerak bebas di sini dan – yang terpenting – berpakaian sesuai keinginan mereka. Apalagi, berbeda dengan di Prancis atau Belanda, di Jerman tidak ada larangan mengenakan burqa.
Lebih sedikit turis medis
Di masa lalu, alasan banyak orang Arab melakukan perjalanan ke Jerman lain, mereka datang untuk berobat. Karena negara-negara Teluk memang kaya, tetapi sistem kesehatannya relatif terbelakang.
Bagi banyak rumah sakit di Jerman, datangnya para pasien dari Arab merupakan keuntungan besar. Namun dalam beberapa tahun terakhir, semakin sedikit tamu yang datang untuk perawatan medis. “Permintaannya menurun dalam beberapa tahun terakhir,” kata Robert Leckel.
Krisis keuangan juga menghantui negara-negara Teluk. Mereka memotong subsidi untuk perawatan rumah sakit di luar negeri dan mencoba membangun sistem perawatan yang lebih baik di negara mereka sendiri. Dengan menyebarnya pandemi corona, arus turis medis ke Jerman akhirnya benar-benar terhenti.
Dewan Pariwisata Jerman, GNTB, sebelumnya sempat memprediksi peningkatan turis Arab sampai tahun 2030. Jumlah kunjungan dari Timur Tengah diperkirakan akan tumbuh paling cepat dan naik sampai 300 persen. Tapi itu perhitungan sebelum corona. Untuk saat ini, sektor pariwisata harus berjuang ekstra keras, bahkan hanya untuk mencapai situasi pasar sebelum wabah corona melanda.(RIF)