Pyongyang –
Korea Utara (Korut) menegaskan tidak tertarik untuk menggelar pertemuan yang ‘sia-sia’ dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Korut menyatakan tidak akan menawarkan apapun yang bisa digunakan Trump untuk membual tanpa mendapat keuntungan apapun.
Seperti dilansir AFP, Senin (18/11/2019), penegasan itu disampaikan oleh kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA), dalam pernyataan terbaru pada Senin (18/11) waktu setempat. Pernyataan KCNA itu disampaikan atas nama penasihat Kementerian Luar Negeri Korut, Kim Kye-Gwan.
Disebutkan Kim Kye-Gwan dalam pernyataan via KCNA bahwa Korut tidak tertarik untuk menghadiri pertemuan yang ‘sia-sia untuk pihaknya sendiri’.
Penegasan ini merespons kicauan Trump pada Minggu (17/11) waktu setempat yang ditujukan untuk pemimpin Korut, Kim Jong-Un.
“Jika AS tidak sungguh-sungguh tidak ingin melepaskan dialog dengan kami, mereka seharusnya mengambil keputusan untuk mencabut kebijakan jahat yang memandang kami sebagai musuh,” tulis KCNA dalam pernyataannya.
Diketahui bahwa Trump menyinggung Kim Jong-Un dalam kicauannya saat membela kandidat calon presiden (capres) AS dari Partai Demokrat, Joe Biden, yang pekan lalu dihina Korut sebagai ‘anjing gila’.
“Tuan Ketua, Joe Biden mungkin Sleepy (mudah mengantuk) dan Very Slow (sangat lamban), tapi dia bukanlah ‘anjing gila’. Dia sebenarnya agak lebih baik dari itu. Tapi saya satu-satunya yang bisa membawa Anda ke tempat yang seharusnya. Anda harus bertindak dengan cepat, menyelesaikan urusan. Sampai jumpa segera!” tulis Trump dalam kicauannya merujuk pada Kim Jong-Un.
Trump dan Kim Jong-Un telah tiga kali bertemu sejak Juni tahun lalu. Namun perundingan denuklirisasi di antara keduanya buntu sejak pertemuan di Hanoi, Vietnam pada Februari lalu yang berujung ketidaksepakatan soal pencabutan sanksi bagi Korut. Perundingan level kerja yang digelar AS dan Korut pada Oktober lalu di Swedia juga berakhir buntu.
Korut sebelumnya menetapkan batas waktu pada akhir tahun ini bagi AS untuk memberikan tawaran baru terkait perundingan denuklirisasi.
Dalam pernyataan pada Senin (18/11) waktu setempat, Kim Kye-Gwan menegaskan bahwa AS harus mencabut ‘kebijakannya yang jahat’ jika ingin dialog dengan Korut berlanjut. Tidak dijelaskan lebih lanjut maksud pernyataannya itu.(NOV)