Manila –
Korban tewas akibat topan Vamco yang melanda Filipina bertambah jadi 67 orang. Pejabat setempat mengatakan banyak daerah di bagian utara yang terendam banjir terburuk dalam empat dekade terakhir.
Dilansir Reuters, Minggu (15/11/2020) Presiden Filipina, Rodrigo Duterte terbang ke provinsi Tuguegarao untuk meninjau situasi di wilayah Lembah Cagayan, daerah yang dilanda banjir besar setelah topan Vamco mengakibatkan hujan di sebagian besar pulau Luzon, termasuk ibu kota metropolitan Manila.
Juru bicara badan penanggulangan bencana, Mark Timbal mengatakan 20 kematian tercatat di Cagayan, 17 di selatan Luzon. Sementara itu 8 kematian di Metro Manila dan 20 di dua wilayah lainnya.
Sementara itu, 12 orang masih dilaporkan hilang. Hampir 26.000 rumah rusak akibat topan Vamco ini.
“Ini adalah banjir terparah yang kami alami dalam 45 tahun terakhir,” kata Gubernur Cagayan, Manuel Mamba saat memberikan penjelasan kepada Duterte. “Kami melihat bahwa ini memburuk setiap tahun,”.
Cuaca buruk dan volume air yang meningkat dari bendungan memberikan dampak kepada ribuan keluarga di Cagayan. Beberapa warga di antaranya naik ke atap rumah dan naik ke lantai untuk menghindar banjir besar.
Enam siklon melanda Filipina dalam rentang waktu 4 minggu. Termasuk topan Vamco dan topan Super Goni yang paling kuat di dunia tahun ini.
Mamba juga mengeluhkan hutan yang gundul di Cagayan. Akibatnya dia mendorong Duterte untuk memerintahkan agar menghentikan penebangan pohon di provinsi tersebut.
“Kami selalu berbicara tentang penebangan dan penambangan ilegal, tetapi tidak ada yang mengindahkannya,” kata Duterte.
Operasi bantuan dan penyelamatan terus berlanjut di Cagayan bahkan ketika Magat Dam di dekatnya masih menumpahkan air. Topan Vamco, topan ke-21 yang melanda Filipina tahun ini, juga menyebabkan banjir terparah dalam beberapa tahun di beberapa bagian kota.(DON)