JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM – Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda mendorong anggaran Rp 595 miliar terkait program organisasi penggerak (POP) dialihkan. Dia meminta biaya tersebut bisa digunakan oleh siswa untuk mendukung proses belajar mengajar secara jarak jauh.
“Salah satu opsinya itu yang bisa kita dorong, jadi mengalihkan anggaran ini,” kata Syaiful, saat dihubungi, Jumat (24/7/2020).
Syaiful mengatakan sebagian anggaran senilai Rp 595 miliar bisa dialihkan untuk membantu 2 sampai 5 juta siswa yang tidak mampu di Indonesia. Menurutnya dana tersebut lebih kontekstual jika digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan jarak jauh (PJJ).
“Tentu program organisasi penggerak juga bagus, tapi ketika Muhammadiyah, NU, PGRI mundur artinya jaringan sekolah dan guru mereka kelihatannya juga diinstruksikan tidak terlibat dan diurus sendiri, jadi dari alokasi Rp 595 miliar mungkin bisa dialihkan sebagian untuk ini, dan lebih kontekstual menurut saya untuk selesaikan masalah PJJ ini,” ucap Syaiful.
Syaiful lalu menyinggung terkait Dimas Ibnu Alias, seorang siswa kelas VII SMPN 1 Rembang, Jawa Tengah yang bersekolah seorang diri karena tak punya HP. Fenomena ini menurutnya nyata dan terbukti tidak bisa diselesaikan dengan relaksasi BOS seperti yang dilakukan oleh Kemendikbud selama ini.
“Tidak terkecuali soal ini, skema soal ini tidak cukup relaksasi BOS, jadi juga harus relaksasi anggaran lain di luar relaksasi BOS, ini butuh kesungguhan untuk menyusur dana yang mana priority yang mana enggak lalu dialokasikan untuk penyelesaian silang sengkarut pendidikan jarak jauh ini yang nggak maksimal. Salah satunya tadi itu dana program penggerak ormas itu,” ujarnya.
Seperti diketahui, Dimas merupakan salah satu dari sekian banyak siswa yang tetap semangat berangkat ke sekolah saat teman-temannya sekolah daring di masa pandemi virus Corona atau COVID-19 ini. Pihak sekolah pun memaklumi dan mengizinkan Dimas belajar tatap muka karena tak punya ponsel pintar atau smartphone.
Ayah Dimas, Didik Suroso bercerita ponsel miliknya rusak, selain itu dia tak mampu membeli kuota. Terlebih, pria yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan ini sudah dua bulan tak melaut sedangkan ibu Dimas bekerja sebagai buruh pengupas rajungan.
“Saya nelayan cukrik nangkap rajungan. Sudah dua bulan ini nggak ada tangkapan, jadi ya menganggur. Istri buruh kupas rajungan, jadi di musim seperti ini sama sekali tidak ada pemasukan. Sekarang untuk nafkah keluarga serabutan, apa saja yang penting dapat uang,” kata Didik kepada wartawan di rumahnya Desa Pantiharjo Rt 1 Rw 1 Kecamatan Kaliori, Rembang, Jumat (23/7/2020).