JAKARTA,khatulistiwaonline.com
Partai pendukung Jokowi-JK yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH) diprediksi akan pecah menjelang pemilihan umum presiden (Pilpres) tahun 2019. Situasi politik yang dinilai menguntungkan masing-masing partai diprediksi menjadi penyebabnya pecahnya KIH.
“Jadi ada beberapa faktor (yang membuat KIH pecah), yang pertama kalau koalisi itu bubar karena tergantung situasi politik. Ini akan menguntungkan siapa dan pihak yang mana,” ujar Pengamat politik dari Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun saat dihubungi khatulistiwaonline, Jumat (21/7/2017).
Rico memandang wajar jika partai koalisi KIH hingga hari ini masih terlihat solid. Hal ini karena posisi Jokowi yang sedang menjabat dinilai memiliki sumber daya yang unggul.
“Makanya wajar saja dia merapat, tetapi situasi nanti menjelang 2019 tidak bisa ditebak. Kita sudah belajar banyak dari Pilgub Jakarta kemarin, bahwa orang yang unggul di awal ternyata di akhir-akhir kemarin bisa kedodoran dengan berbagai macam sebab,” sebutnya.
“Saya ambil contoh saja, kemungkinan besar koalisi ini bisa pecah kalau kita membayangkan kalau situasi perekonomian yang tidak begitu baik. Contohnya kita bisa melihat sekarang sekarang ini, banyak data yang itu bisa mengancam kekhawatiran dari banyak orang tentang daya beli masyarakat yang turun. Kayak kemarin pusat-pusat perbelanjaan yang sepi, konsumsi yang melemah, hutang yang meningkat. Itu kan faktor-faktor ekternal yang mungkin itu sekarang ini belum dihitung. Tetapi kalau misalnya itu membesar dan tidak bisa dikendalikan situasi itu mungkin saja berubah,” tambahnya.
Rico juga memandang wajar jika Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menyatakan belum pasti mendukung Jokowi di Pilpres 2019. “Jadi kalau saya melihat, kalau high call nya sekarang ini benar kata PKB itu, belum pasti mendukung Jokowi,” ucapnya.
Sementara itu Pengamat politik LIPI, Syamsudin Haris menilai pernytaan PKB yang menyebut belum tentu mendukung Jokowi di Pilpres 2019 sebagai pernyataan individual. Faktanya PKB hingga hari ini masih setia mendukung kepemimpinan Jokowi-JK.
“Belum tentu mendukung Jokowi itu kan masih statement individual, bukan statement partai. Faktanya PKB menjadi bagian dari pendukung Jokowi, PAN juga sebetulnya masih menjadi bagian dari koalisi pendukung Jokowi walaupun nanti beberapa bulan ke depan kita nggak tau misalkan Jokowi melakukan reshufle kabinet, PAN ditendang misalkan, kita kan tidak tau,” sebut Syamsuddin saat dihubungi terpisah, Jumat (21/7).
Menurut Syamsuddin peta koalisi Pilpres 2019 belum begitu terlihat hingga saat ini. Pengelompokkan peta koalisi di Pilpres 2019 dapat dilihat saat pengesahan undang-undang Pemilu di DPR beberapa waktu lalu.
“Belum kelihatan, ini kan baru undang-undang Pemilu, kalau menurut saya ini masih belum banyak berubah sih. Polanya masih sama. Artiya blok partai poltik yang setuju dengan opsi A malam itu ya untuk saat ini blok pendukung Jokowi. Sedangkan 4 partai politik lainnya, mungkin punya pilihan lain,” ungkapnya. (MAD)