Kuala Lumpur –
Tokoh oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim, mengaku tak pernah kehilangan harapan meski dijebloskan ke penjara. Menjelang pembebasannya, Anwar menyebut Malaysia ada di ambang ‘era keemasan’ baru usai tergulingnya koalisi Barisan Nasional (BN) yang berkuasa selama enam dekade terakhir.
Dalam wawancara dengan media Australia, Fairfax Media, seperti dilansir AFP, Rabu (16/5/2018), Anwar memperingatkan bahwa demokrasi tidak ditentukan oleh satu pemilu saja.
“Saya selalu percaya pada kebijaksanaan rakyat dan jika kita berjuang cukup keras, kita pada akhirnya akan berhasil,” ucap Anwar.
“Pada masa saat demokrasi dalam kemunduran di seluruh dunia, saya harap rakyat Malaysia memberikan harapan untuk orang-orang di seluruh dunia yang memperjuangkan kebebasan mereka sendiri,” imbuhnya.
Anwar yang merupakan ketua de-facto Partai Keadilan Rakyat (PKR) ini membentuk koalisi dengan Mahathir Mohamad, eks PM Malaysia terlama, untuk menumbangkan Najib Razak yang terseret skandal korupsi. Upaya mereka berhasil dalam pemilu 9 Mei lalu.
Kini Mahathir telah resmi menjabat PM Malaysia. Namun dia mengaku hanya akan menjabat selama 1-2 tahun sebelum mundur untuk memainkan peran di belakang layar. Setelah bebas nanti, Anwar akan dibukakan jalan untuk bisa menjadi PM Malaysia. Tapi jalan itu masih panjang karena Anwar harus menjadi anggota parlemen Malaysia terlebih dulu.
Anwar menyebut, bekerja bersama Mahathir bertahun-tahun membuat dirinya memahami bahwa Mahathir ‘sangat peduli pada Malaysia dan rakyat Malaysia’. “Kemitraan baru menjadi penting untuk mengatasi sistem korup yang sangat kuat yang menyelimuti Malaysia,” ucapnya merujuk ke Najib.
Anwar yang pernah menjabat Wakil PM Malaysia di bawah Mahathir, dicopot tahun 1998 dan kemudian dipenjara atas kasus sodomi juga penyalahgunaan kekuasaan. Sempat bebas, Anwar kembali masuk penjara tahun 2015 atas kasus yang sama di bawah kepemimpinan Najib.
Selama di penjara, Anwar menyebut dirinya bisa merasakan kemarahan rakyat terhadap pemerintahan Najib yang diduga terseret korupsi, semakin besar. Namun, menurut Anwar, hal tersulit selama dipenjara adalah dampak yang dirasakan keluarganya.
“Anak-anak saya masih cukup muda saat masa-masa awal penahanan dan itu menjadi masa sulit bagi mereka dan Azizah (istri Anwar),” ucapnya.
“Sungguh sakit sekali melihat anak-anak Anda berjuang karena keputusan yang Anda ambil. Saat ini (di penjara), anak dari anak-anak saya yang paling saya rindukan,” sebut Anwar. “Tapi sebagai sebuah keluarga, kita ada dalam pemahaman bahwa kita tidak bisa mengharapkan rakyat Malaysia mengorbankan kebebasan mereka jika kita sendiri tidak siap untuk mengambil risiko yang sama,” ujarnya.
“Seiring hari dan minggu berlalu, saya tidak pernah kehilangan harapan. Faktanya, bahkan dari dalam sel penjara, saya merasakan kemarahan terhadap rezim korup meningkat semakin hari,” tandas Anwar.
Usai dibui sejak 2015, Anwar dijadwalkan akan bebas pada Rabu (16/5) ini setelah mendapat pengampunan kerajaan atau royal pardon dari Yang di-Pertuan Agong Sultan Muhammad V. Dengan royal pardon, Anwar akan bisa kembali terjun ke politik untuk melanjutkan misinya yang tertunda, yakni menjadi PM Malaysia. (ADI)