Istanbul –
Informasi terbaru menyebut jenazah wartawan kawakan Arab Saudi, Jamal Khashoggi, kemungkinan dibakar di dalam sebuah oven raksasa yang ada di kediaman Konsul Jenderal (Konjen) Saudi di Istanbul, Turki. Pembakaran jenazah Khashoggi itu dilaporkan memakan waktu selama tiga hari.
Seperti dilansir media Qatar, Al Jazeera, Senin (4/3/2019), informasi terbaru itu diungkapkan dalam dokumenter baru yang ditayangkan televisi Al Jazeera Arabic pada Minggu (3/3) malam waktu setempat. Dokumenter itu didasarkan pada penyelidikan yang dilakukan sendiri oleh Al Jazeera.
Otoritas Turki disebut mengamati bekas hangus terbakar pada tungku pembakaran outdoor yang ada di kediaman Konjen Saudi. Diyakini bahwa tas-tas yang membawa potongan tubuh Khashoggi dibawa dari Konsulat Saudi — tempat Khashoggi dibunuh dan dimutilasi — menuju kediaman Konjen Saudi yang berjarak hanya beberapa ratus meter.
Al Jazeera mewawancarai seorang pekerja yang membangun tungku pembakaran tersebut. Dinyatakan oleh si pekerja itu bahwa tungku pembakaran itu dibangun berdasarkan perincian dari sang Konjen Saudi sendiri. Perinciannya antara lain tungku itu harus sangat dalam dan bisa tahan panas hingga suhu di atas 1.000 derajat Celsius — cukup panas untuk melelehkan logam.
Laporan Al Jazeera juga menyebut beberapa kantong daging juga dibakar di dalam oven raksasa itu setelah pembunuhan Khashoggi, demi menutup jejak ‘kremasi’ wartawan yang semasa hidup kritis terhadap otoritas Saudi itu.
Dituturkan sejumlah pejabat Turki, dalam tayangan dokumenter Al Jazeera itu bahwa pembakaran jenazah Khashoggi berlangsung selama tiga hari.
Para penyidik Turki juga dilaporkan menemukan bekas darah Khashoggi di dinding kantor Konjen Saudi di Istanbul. Temuan itu didapat setelah menghapus cat yang baru dioleskan tim pembunuh dari Saudi usai Khashoggi dibunuh di dalam Konsulat Saudi pada 2 Oktober 2018.
Dokumenter Al Jazeera itu disebut didasarkan pada wawancara dengan sejumlah pejabat keamanan, politikus dan teman-teman Khashoggi yang ada di Turki.
Disebutkan Al Jazeera dalam laporannya bahwa kepala intelijen Turki, Hakan Fidan, menjadi pejabat Turki pertama yang menghubungi Saudi terkait kasus Khashoggi.
Dalam panggilan teleponnya dengan pemimpin de-facto Saudi, Fidan dilaporkan meminta Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) untuk mengungkapkan keberadaan Khashoggi. Panggilan itu terputus di tengah percakapan ketika MBS menolak permintaan itu dan mengakhiri panggilan dengan ‘ancaman yang tidak bisa diterima’.
Otoritas Saudi telah mengakui bahwa Khashoggi tewas di dalam konsulat mereka di Istanbul, setelah sempat berulang kali menyangkal. Namun Saudi menegaskan bahwa MBS tidak terlibat dalam pembunuhan yang disebut dilakukan oleh ‘elemen liar’ dari Saudi itu.
Badan Intelijen Amerika Serikat atau CIA dalam laporannya menyatakan bahwa MBS kemungkinan memerintahkan pembunuhan Khashoggi.
Sedikitnya 11 terdakwa di Saudi telah didakwa atas pembunuhan Khashoggi. Otoritas Saudi tetap bersikeras untuk menangani sendiri kasus Khashoggi dan menolak seruan ekstradisi yang dilontarkan otoritas Turki.
Pelaporan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Agnes Callamard, yang memimpin penyelidikan internasional atas kasus Khashoggi menyebut pembunuhan itu sebagai ‘pembunuhan brutal dan terencana, yang direncanakan dan dilakukan oleh para pejabat negara Arab Saudi’. Penyelidikan internasional itu dimulai Januari lalu dan laporan resminya akan dirilis Juni mendatang.(NOV)