Teheran –
Pemerintah Iran melontarkan kecaman pada pemerintah Arab Saudi. Iran menyebut kebijakan-kebijakan Saudi baru-baru ini merupakan “strategi yang sangat menyedihkan.”
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qassemi bahkan menuding Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman membayar miliaran dolar AS kepada Amerika Serikat dan rezim Iran untuk mendapatkan dukungan mereka.
“Di tengah perjuangan kekuasaan di keluarga kerajaan Saudi dan untuk memenangkan dukungan AS, dan baru-baru ini, rezim yang menduduki al-Quds (Israel), dia (Pangeran Mohammed) membuat setiap komentar konyol dan memalukan selain membayar miliaran dolar uang rakyat Saudi,” cetus Qassemi seperti dilansir media Iran, Press TV, Sabtu (7/4/2018).
“Kebijakan-kebijakan Saudi baru-baru ini adalah strategi yang sangat menyedihkan karena negara muslim dengan semua klaim mewahnya membungkuk ke tingkat penjilat rezim yang menduduki al-Quds,” imbuhnya.
Belum lama ini, Pangeran Mohammed menyatakan dalam wawancara dengan majalah TIME, bahwa Saudi dan Israel memiliki “musuh bersama”, yang tampaknya mengacu ke Iran. Putra Mahkota Saudi juga mengatakan bahwa mereka bisa segera menormalisasi hubungan kedua negara setelah masalah Palestina selesai.
“Kami punya musuh yang sama, dan tampaknya kami memiliki banyak bidang potensial untuk melakukan kerja sama ekonomi,” tutur Pangeran Mohammed dalam wawancara dengan TIME yang dipublikasi pada Kamis (5/4) waktu setempat.
Menanggapi pernyataan Putra Mahkota Saudi tersebut, Qassemi mengatakan bahwa ambisi Pangeran Mohammed tak punya batasan dan telah menjadi “penyakit kronis dan tak bisa disembuhkan.”
Sebelumnya dalam wawancara dengan media AS, The Atlantic yang dipublikasi pada 2 April lalu, Pangeran Mohammed mengatakan bahwa Israel berhak atas tanah mereka sendiri. “Saya percaya bahwa setiap orang, di manapun, berhak untuk hidup dengan damai di negara mereka. Saya percaya bahwa warga Palestina dan Israel berhak untuk memiliki tanah mereka sendiri,” tutur Pangeran Mohammed dalam wawancara tersebut.
Qassemi mengatakan, pernyataan itu menunjukkan bahwa Pangeran Mohammed tidak mempelajari sejarah ataupun geografi dan tidak tahu apa-apa tentang penderitaan negara-negara muslim, termasuk Palestina. (ADI)