JAKARTA,khatulistiwaonline.com
Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta menjelaskan skimming banyak dilakukan WNA menggunakan alat pencuri data dan PIN nasabah. Alat tersebut biasanya ditempel di mulut ATM dan terdapat kamera kecil untuk merekam PIN yang dipencet oleh nasabah.
“Yang kami lihat dalam proses pemasangan alat ini, dia mengganti mulut ATM kemudian ada hardware yang mengambil data dari data ATM nasabah yang dimasukkan. Kemudian mereka memindahkan dengan laptop untuk kemudian menyiapkan kartu sehingga data tersebut masuk, rekaman itu di mulut ATM ini akan terlihat PIN-nya,” kata Nico di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (3/4/2018).
Setelah nasabah menekan 6 digit PIN ATM itu, para pelaku skimming akan memindahkan data ke laptop sampai akhirnya dipindah ke ATM palsu yang telah disiapkan. Mereka kemudian menggasak uang nasabah itu secara bertahap.
“Jadi untuk uang yang diambil itu rata-rata per hari maksimal Rp 10 juta sesuai dengan kartu yang dimiliki. Kalau dia nasabah premium, itu ngambil cash sampai Rp 50 juta, bahkan nanti platinum Rp 100 juta. Rata-rata mereka ingin tidak menimbulkan kecurigaan, maka ngambilnya Rp 2 juta, Rp 3 juta,” ucap Nico.
Menurut Nico, pelaku skimming ini bisa membobol uang nasabah di tempat yang berbeda. Misalnya, salah seorang nasabah bank berada di Jakarta, tapi uang itu digasak pelaku di Bali.
“Sangat bisa, karena ATM sistemnya online, begitu kita terambil. Pada saat pinnya sudah dibaca oleh kamera kecil yang terpasang maka data yang dipindahkan ke kartu kosong, skimmer itu sudah berisi data nasabah tadi, pin tadi. Maka dia menggunakan kartu ini ke tempat lain. Bisa digunakan di mana saja. Sehingga kita penting untuk melindungi tersebut,” terang Nico.
Nico menyatakan kejahatan skimming ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di berbagai negara di dunia. Para pelaku biasanya menggunakan visa turis untuk datang ke suatu negara dan melancarkan aksinya selama kurang-lebih tiga bulan.
“Bank yang menjadi korban tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga bank di luar negeri. Jadi baik dari Amerika, Afrika, Eropa, Asia, seluruh bank ada. Jadi apakah kita menjadi sasaran, tidak hanya Indonesia, tapi di seluruh dunia,” papar dia.
Ia juga memberikan tips agar para nasabah tak kecolongan terkait aksi skimming tersebut. Caranya, menutup tepat di bagian mulut ATM saat nasabah akan menekan PIN agar PIN tidak terekam oleh alat yang ada di mulut ATM.
“Menutup tangan kita di atas persis mulut ATM, meskipun data kita terambil tapi, kalau PIN-nya tidak terambil oleh kamera kecil di dalam mulut ATM tersebut karena memencet enam digit tidak gampang,” ujarnya.
“Bagi seluruh masyarakat atau satuan pengamanan yang mengetahui memegang kartu polos. Kemudian lama di dalam ATM kemudian mungkin WNA bisa dilakukan pemeriksaan oleh satuan pengamanan. Kalaupun masyarakat biasa bisa menghubungi satpam setempat,” sambung Nico.
Terakhir, Nico menegaskan pihaknya telah bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan perbankan untuk mencegah kejahatan skimming. Setiap pihak sepakat membentuk satgas gabungan terkait kasus skimming.
“Kami membentuk satuan tugas di mana kami membentuk PIC, personal in charge, kemudian juga membentuk grup kecil, sehingga informasi dari tim lapangan bisa berjalan dengan baik,” pungkasnya. (DON)