JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy bicara tentang pentingnya pendidikan Indonesia berstandar internasional. Muhadjir mengatakan, dengan pendidikan yang berstandar internasional, kualitas pendidikan di Indonesia dapat makin bersaing di level dunia.
Karena itu, menurut Muhadjir, Kemendikbud secara serius memperbaiki proses pembelajaran di Indonesia. Salah satunya memberlakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan standar Programme for International Student Assessment (PISA). PISA merupakan merupakan sistem ujian yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), untuk mengevaluasi sistem pendidikan di seluruh dunia.
“Pendidikan kita harus berstandar, salah satu standar yang kita harapkan standar internasional. Memang standar internasional itu sebetulnya tidak ada, tapi ada lembaga-lembaga internasional yang melakukan standardisasi. Kemudian lembaga dan standardisasinya itu mendapat pengakuan dari negara lain. Jadi untuk mendapatkan rekognisi,” kata Muhadjir dalam acara ‘Seminar on PISA: Assessing 21st Century Life Skills’ di Graha Utama, Gedung A Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Senin (8/7/2019).
“Karena itu, kalau kita ingin menetapkan standar internasional, tidak mungkin tanpa membuat keputusan lembaga mana yang akan kita jadikan partner. Dan kita sudah putuskan bahwa PISA dianggap cukup kredibel. Maka kita gunakan PISA untuk standardisasi internasional kita,” lanjutnya.
Muhadjir tak menampik bahwa selama ini capaian pendidikan Indonesia masih berada di bawah rata-rata negara OECD, seperti Singapura dan Vietnam. Karena itu, pihaknya terus mendorong agar mutu pendidikan Indonesia terus berkembang lebih baik dan berstandar internasional.
“Kita boleh saja mengabaikan standar internasional, tapi risikonya ya kita tidak tahu sebetulnya dalam pergaulan dunia kita berada di mana. Ketika kita sudah menjatuhkan pilihan, oh kita di sini dalam posisi internasional kita. Itulah manfaat kita berpartner dengan lembaga internasional untuk membangun Indonesia ke depan,” tutur Muhadjir.
Kendati demikian, Muhadjir mengungkapkan ada hal-hal yang juga perlu disoroti dalam penilaian PISA. Hal itu, menurut dia, bahkan telah disampaikannya kepada Direktur OECD Andreas Schleicher secara langsung. Misalnya terkait sample coverage dari satu negara ke negara lainnya.
Menurut dia, harus ada perbedaan pendekatan untuk penarikan kesimpulan terhadap kualitas hasil dari tes PISA antara negara-negara berpopulasi kecil dan negara-negara yang populasi siswanya besar, Misalnya Indonesia dengan Singapura.
“Paling kontras kalau kita dibandingkan dengan Singapura, Singapura berada di puncak paling tinggi kita berada di papan yang paling bawah. Orang Indonesia yang awam hanya itu saja yang dilihat, kita kalah dengan Singapura. Tidak tahu bahwa di Singapura jumlah siswa ya tidak sampai 2 juta sementara kita punya 51 juta siswa. Dia tidak peduli bahwa Singapura punya 5 juta penduduk, kita 260 juta penduduk. Kemudian Singapura negara kota, kita negara kepulauan yang luar biasa. Kemudian perbedaan kapasitasnya juga luar biasa antara baik itu secara spasial maupun struktural. Spasial itu karena wilayah, struktural itu karena kebijakan,” tuturnya.
“Ini saya pernah menyampaikan dan alhamdulillah Andreas merespons dengan baik, dan itu akan jadi pertimbangan untuk menentukan berikutnya,” pungkas Muhadjir. (NGO)