Washington –
Ilmuwan senior Amerika Serikat Dr. Anthony Fauci mengeluarkan prediksi bahwa virus corona bisa merenggut hingga 200 ribu nyawa di AS.
Dr. Fauci, yang memimpin riset penyakit menular di National Institutes of Health, memperkirakan bahwa antara 100 ribu hingga 200 ribu kematian terkait virus corona bisa terjadi di AS, dengan jutaan kasus infeksi coronavirus. Dia tidak sependapat dengan prediksi terparah yang menyebut kematian akan mencapai sekitar 1 juta orang atau lebih.
Namun Fauci yang merupakan anggota terkemuka gugus tugas coronavirus yang dibentuk Presiden Donald Trump tersebut mengingatkan untuk tidak berpatokan pada perkiraan tersebut.
“Saya tidak ingin terikat dengan itu. Ini seperti target yang bergerak sehingga Anda dengan mudah bisa salah dan menyesatkan orang,” ujar ilmuwan tersebut seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (30/3/2020).
Untuk perbandingan, wabah flu di AS pada tahun 2018-2019 menewaskan 34 ribu orang.
Di AS, hanya butuh waktu sebulan untuk bergerak dari kematian pertama pasien virus corona pada 29 Februari, menjadi 1.000 kematian. Namun dalam dua hari pekan ini, angka tersebut telah meningkat dua kali lipat menjadi hampir 2.200 kematian pada Minggu (29/3) waktu setempat.
Menurut data yang dirilis Johns Hopkins University, hingga Minggu (29/3) waktu setempat, total 136.880 kasus telah tercatat di AS. Ini menjadikan AS sebagai negara dengan jumlah kasus infeksi virus corona tertinggi di dunia, melampaui Italia, China dan Spanyol.
Negara bagian New York yang menjadi episentrum wabah coronavirus di AS, hingga kini telah mencatat hampir 60 ribu kasus dan 965 kematian. Demikian menurut statemen yang dirilis pada Minggu (29/3) oleh Gubernur New York, Andrew Cuomo.
Sementara itu, Ketua DPR AS, Nancy Pelosi menyalahkan Trump atas kematian yang terjadi karena awalnya meremehkan pandemi virus corona.
“Penyangkalan dia di awal terbukti mematikan,” katanya di acara “State of the Union” di televisi CNN. “Jangan main-main saat orang-orang meninggal, Tuan Presiden,” cetusnya.(RIF)