TEHERAN –
Garda Revolusioner Iran menuding Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi terlibat dalam dua serangan teror di ibu kota Teheran. Garda Revolusioner bersumpah akan membalas serangan teror yang diklaim kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Serangan teror ganda melanda Teheran pada Rabu (7/6) waktu setempat, yakni di gedung parlemen dan di kompleks Mausoleum Ayatollah Khomeini. Sedikitnya 13 orang dipastikan tewas akibat dua serangan teror, yang diwarnai aksi bom bunuh diri dan penyerangan bersenjata itu.
“Garda Revolusioner selalu membuktikan bahwa mereka tidak akan pernah mengizinkan darah orang-orang tak bersalah tertumpah tanpa pembalasan,” demikian pernyataan Garda Revolusioner Iran seperti dilansir AFP, Kamis (8/6/2017).
“Aksi teroris ini, terjadi seminggu setelah pertemuan Presiden Amerika Serikat dengan pemimpin salah satu pemerintah pembangkang di kawasan (Saudi-red)… menunjukkan mereka terlibat dalam aksi biadab ini,” imbuh pernyataan itu.
Secara terpisah, Wakil Kepala Dinas Intelijen Garda Revolusioner Iran, Mohammad Hossein Nejat, menuturkan kepada kantor berita Fars bahwa para pelaku penyerangan gedung parlemen berusia antara 20-25 tahun.
“Mereka mendatangi parlemen sebagai pengunjung. Petugas keamanan mencurigai tas mereka dan ketika petugas akan memeriksanya, penembakan terjadi dan mereka menewaskan petugas keamanan,” ucap Hossein Nejat.
“Rezim AS dan Saudi telah memerintahkan antek-antek mereka untuk melakukan ini,” tudingnya.
Dalam pernyataan via kantor berita Amaq, ISIS menyebut dua serangan teror itu didalangi oleh ‘pejuangnya’. Dalam video yang dirilis ISIS, beberapa pelaku terlihat berbicara dalam bahasa Arab saat melancarkan serangan di gedung parlemen. Wakil Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Reza Seifollahi, menyebut para pelaku serangan merupakan warga negara Iran dan telah bergabung ISIS.(DON)