San Salvador –
Dilansir AFP, Senin (28/3/2022), negara kecil di Amerika Tengah itu telah mengalami gelombang baru kekerasan geng. Polisi melaporkan 62 orang tewas pada hari Sabtu waktu setempat.
Menurut angka resmi, 12 pembunuhan terjadi di departemen La Libertad tengah. Sementara itu di Ibu Kota San Salvador dan departemen barat Ahuachapan mencatat masing-masing terjadi sembilan pembunuhan. Sisanya berada di departemen lain.
Beberapa jam sebelum deklarasi darurat, polisi dan militer menangkap beberapa pemimpin geng Mara Salvatrucha (MS-13) atas serentetan pembunuhan. Menurut pihak berwenang mereka terkait dengan 14 kematian pada hari Jumat.
“Kami tidak akan mundur dalam perang melawan geng ini, kami tidak akan berhenti sampai penjahat yang bertanggung jawab atas tindakan ini ditangkap dan dibawa ke pengadilan,” tulis Polisi Sipil Nasional negara itu di Twitter.
Menanggapi lonjakan kekerasan, Presiden Bukele meminta legislatif untuk menyetujui keadaan darurat satu bulan. Pada status ini kebebasan tertentu dibatasi.
Di bawah status darurat nasional tersebut, asosiasi dan pertemuan bebas dibatasi. Serta korespondensi dapat dibuka atau panggilan telepon dan email disadap tanpa perintah pengadilan.
Aturan ini juga membatasi hak untuk diberitahu tentang alasan penangkapan dan akses ke pengacara setelah ditahan. Aturan ini juga memungkinkan penahanan administratif berlangsung lebih dari 72 jam.
“Bagi sebagian besar orang, kehidupan berlanjut seperti biasa,” tulis Bukele di Twitter setelah anggota parlemen menyetujui permintaan tersebut pada Minggu pagi.
“Layanan keagamaan, acara olahraga, perdagangan, studi, dan lain-lain dapat berlanjut seperti biasa, kecuali jika Anda adalah anggota geng atau dianggap mencurigakan oleh pihak berwenang,” katanya.(DAB)