Washington –
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menantang Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Rex Tillerson untuk adu tes inteligensi (IQ). Trump yakin bahwa nilai IQ-nya lebih tinggi dibanding menterinya itu.
Hal ini disampaikan Trump setelah Tillerson diberitakan menyebut Trump bodoh. Dalam wawancara dengan majalah Forbes, Trump ditanya mengenai pemberitaan pekan lalu bahwa Tillerson telah menghina dirinya dengan menyebutnya bodoh.
“Saya pikir itu berita palsu,” ujar Trump seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (11/10/2017). “Namun jika dia melakukan itu, saya rasa kami harus membandingkan hasil tes IQ. Dan saya bisa katakan pada Anda siapa yang akan menang,” ujar Trump.
Trump telah beberapa kali menyebut-nyebut soal kecerdasannya. Pada tahun 2016, dia menantang Wali Kota London Sadiq Khan untuk membandingkan tes IQ setelah Khan menolak pandangan Trump mengenai Islam. Trump juga pernah mengklaim dirinya memiliki IQ lebih tinggi daripada pendahulunya, George W. Bush dan Barack Obama, bahkan semua staf Gedung Putih.
Tak lama setelah wawancara tersebut, juru bicara Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders menyatakan bahwa Trump tidak menganggap Tillerson bodoh. “Presiden tentunya tak pernah menyiratkan bahwa Menlu tidak begitu cerdas. Dia bercanda, tak lebih dari itu,” ujar Sanders seraya bersikeras bahwa tak ada ketegangan antara Trump dan Tillerson.
“Dia (Trump) punya kepercayaan penuh pada Menlu… dan mereka bekerja bergandengan tangan untuk memajukan agenda presiden,” imbuhnya.
Media-media AS melaporkan bahwa ketegangan antara Trump dan Tillerson telah merebak dalam beberapa bulan ini. Keduanya kerap berbeda pandangan mengenai sejumlah isu penting, termasuk Korea Utara dan Iran.
Namun Trump dan pejabat-pejabat pemerintahannya di depan publik membantah pemberitaan mengenai ketegangan antara keduanya.
Sebelumnya pada Rabu (4/10) pagi waktu setempat, Tillerson menggelar konferensi pers untuk membahas pemberitaan NBC bahwa dirinya menyebut Trump bodoh dalam sebuah rapat di Departemen Pertahanan. Dia membantah dirinya pernah mempertimbangkan untuk mundur, namun dia tidak membantah ataupun membenarkan telah menyebut Trump ‘bodoh’.
“Tak pernah ada pertimbangan dalam pikiran saya untuk mundur. Saya bertugas atas penunjukan presiden dan saya ada di sini selama presiden menganggap saya bisa berguna untuk mencapai tujuan-tujuannya,” kata Tillerson kepada para wartawan saat itu.
Ketika ditanya wartawan apakah dia menyebut Trump ‘bodoh’, Tillerson tidak membantah ataupun membenarkan. “Saya tak akan berurusan dengan hal-hal kecil seperti itu,” cetusnya.(NOV)