Paris –
Dewan Kepercayaan Muslim Prancis (CFCM) mengatakan warga Muslim ‘tidak dianiaya’ di Prancis. Pernyataan itu menyusul terjadinya perselisihan tentang Islam radikal dan kebebasan berbicara membuat negara-negara Muslim melawan Prancis.
“Prancis adalah negara yang hebat, warga Muslim tidak dianiaya, mereka dengan bebas membangun masjid mereka dan mereka dengan bebas menjalankan agama mereka,” kata dewan tersebut yang bertindak sebagai perantara resmi bagi negara dan Muslim yang taat, seperti dilansir AFP, Senin (26/10/2020).
Presiden Prancis, Emmanuel Macron telah berjanji untuk memerangi kelompok radikal Islam setelah pemenggalan kepala guru sejarah di pinggir kota Paris pada 16 Oktober lalu. Dia dipenggal lantaran menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam diskusi kelas tentang kebebasan berbicara.
Tetapi terhadap komentar Macron, menyalut komentar negara-negara Muslim selama akhir pekan. Di mana orang-orang membakar gambar Macron di Suriah dan membakar bendera Prancis di Ibu Kota Libya, Tripoli.
Kepala CFCM, Muhammed Moussaoui, mendesak Muslim Prancis pada Senin waktu setempat untuk ‘membela kepentingan’ bangsa dalam menghadapi protes internasional.
“Kami tahu bahwa promotor kampanye ini mengatakan mereka membela Islam dan Muslim Prancis, kami mendesak mereka untuk bersikap masuk akal… semua kampanye melawan Prancis kontrapoduktif dan menciptakan perpecahan,” kata Moussaui.
Mengenai kartun Nabi Muhammad, yang dipandang ofensif oleh banyak Muslim, Moussaouni mengatakan hukum Prancis memberi orang “hak untuk membenci” kartun itu. Perwakilan CFCM akan bertemu Macron di Istana Elysee Senin malam waktu setempat.(MAD)