JAKARTA,khatulistiwaonline.com
Longsor berada di urutan kedua bencana yang paling sering terjadi di Indonesia setelah banjir. Meski begitu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat justru longsor lebih mematikan dibandingkan banjir.
“Seperti halnya pada tahun sebelumnya. Longsor adalah bencana yang paling mematikan selama 2016. Longsor menyebabkan 188 jiwa meninggal dunia,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis yang diterima khatulistiwaonline, Kamis (29/12/2016).
Terjadi 612 kejadian bencana longsor sepanjang 2016, sementara banjir ada 766 kejadian. Sebanyak 147 orang meninggal dunia akibat banjir.
“Tingginya kerentanan longsor menyebabkan longsor menjadi bencana yang paling banyak menimbulkan korban jiwa. Ada 40,9 juta jiwa masyarakat terpapar dari bahaya sedang-tinggi dari longsor,” tutur Sutopo.
Menurut Sutopo, tingginya angka kejadian bencana di 2016 disebabkan oleh musim kemarau yang tak jelas. Adanya kemarau basah yang justru memicu terjadinya bencana.
“Kemarau basah menyebabkan banjir, longsor dan puting beliung meningkat. Bahkan saat puncak musim kemarau pun banyak terjadi banjir dan longsor,” ujar Sutopo.
“Kemarau basah ini juga menyebabkan kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan berkurang signifikan. Dibandingkan dengan tahun 2015, kejadian banjir meningkat 52 persen, longsor 19 persen, putting beliung 15 persen dan kombinasi antara banjir dan longsor meningkat 139 persen,” imbuhnya.
Sutopo mengatakan banyak warga yang belum sadar akan bencana. Dia meminta masyarakat meningkatkan upaya mengurangi resiko bencana.
“Budaya sadar bencana masih cukup rendah. Jutaan masyarakat Indonesia masih tinggal di daerah rawan bencana dengan tingkat mitigasi bencana yang rendah,” jelas Sutopo. (DON)