JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Update virus corona terbaru, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memesan jutaan obat virus corona klorokuin dan avigan dari luar negeri. Penggunaannya pada pasien COVID-19 diharapkan mampu mengatasi gejala, mengembalikan kesehatan, dan menekan jumlah kasus.
Obat virus corona Avigan dan klorokuin sempat digunakan di negara lain sebelum dibeli pemerintah Indonesia. Berdasarkan pengalaman negara tersebut, benarkah avigan dan klorokuin bisa melawan virus corona atau COVID-19?
Dikutip dari Nikkei Asian Review, obat virus corona avigan adalah merk dagang dari favipiravir yang dikembangkan perusahaan Jepang Fujifilm Holdings. Antivirus ini dikembangkan pada 2014 dan direkomendasikan untuk pasien COVID-19 di China dan Jepang mulai Februari 2020.
“Penggunaan avigan sangat aman dan terbukti efektif,” kata direktur China National Center for Biotechnology Development Zhang Xinmin dari kementerian ilmu pengetahuan China.
Uji klinis avigan dilakukan di Wuhan dan Shenzen terhadap 200 pasien infeksi virus corona. Hasilnya, pasien yang semula positif COVID-19 menjadi negatif dalam waktu sekitar empat hari. Sedangkan yang tidak menggunakan avigan perlu waktu kira-kira 11 hari.
Obat virus corona Avigan juga menurunkan gejala pneumonia tanpa efek samping. Hasil uji coba lainnya membuktikan hanya 8,2 persen pasien avigan yang masih menggunakan alat bantu pernapasan. Sedangkan kelompok pasien lain tanpa obat virus corona avigan ada 17,1 persen yang masih perlu alat bantu pernapasan.
Hasil positif uji klinis di China, tidak membuat Jepang langsung mengizinkan penggunaan obat virus corona avigan. Jepang hanya akan menggunakan avigan jika harus memerangi jenis virus flu baru atau yang kembali mewabah. Studi membuktikan avigan dapat menyebabkan cacat atau kematian pada janin. Efek avigan bisa terbawa dalam air mani.
Keputusan Jepang senada dengan Korea Selatan yang tidak mengimpor avigan. Menurut para ahli penyakit infeksi di negara tersebut, data klinis yang ada belum cukup membuktikan efektivitas avigan sebagai obat virus corona.
Terkait klorokuin, Presiden Donald Trump mengklaim produk tersebut telah mendapat pertujuan FDA untuk obat virus corona. Food dan Drug Administration atau FDA adalah lembaga yang berwenang terkait lisensi obat di Amerika.
“Kita bisa membuat obat virus corona klorokuin tersedia secepat mungkin. FDA telah berusaha dengan sangat baik pada proses persetujuan (approval) klorokuin,” kata Trump dikutip dari BBC.
Namun pernyataan Trump berlawanan dengan FDA terkait klorokuin. Penggunaan klorokuin disetujui untuk malaria dan radang sendi, bukan obat virus corona. FDA belum pernah menyetujui terapi atau obat untuk menangani dan mencegah COVID-19.
Badan kesehatan dunia atau WHO ikut bicara terkait obat virus corona. Hingga saat ini tidak ada penanganan yang terbukti efektif atau pasti untuk COVID-19. Seluruh dunia masih terus melakukan riset untuk mengetahui obat virus corona yang tepat.
“Untuk mengetahui obat virus corona yang tepat, kita harus melakukan uji klinis sehingga bisa mendapat bukti yang menyatakan efektivitasnya,” kata direktur Global Health Network di Oxford University Prof Trudie Lang.
Penanganan COVID-19 yang disebabkan virus memang berbeda dengan penyakit lain yang disebabkan bakteri. Penanganan penyakit akibat virus biasanya bersifat suportif, untuk menguatkan imun tubuh sehingga bisa melawan penyebab penyakit. Hal ini berbeda dengan bakteri yang bisa diatasi dengan antibiotik.
Karena itu, pasien COVID-19 harus ditangani secepatnya jika sudah menunjukkan gejala infeksi. Gejala tersebut adalah batuk, letih, sesak napas dan ngilu di seluruh tubuh, serta secara umum merasa tidak enak badan.
Apalagi jika pasien sempat kontak dengan orang terinfeksi atau sempat bepergian ke negara yang dianggap sumber virus corona. Penanganan secepatnya meningkatkan peluang sembuh pada pasien.(DAB)