Washington DC –
Pihak Boeing dilaporkan merencanakan perubahan terhadap arsitektur software pada sistem kendali penerbangan pesawat tipe Boeing 737 MAX. Perubahan arsitektur software ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah baru yang ditemukan dalam uji terbang dengan simulasi pada Juni lalu.
Arsitektur software (perangkat lunak) merujuk pada struktur mendasar dari sistem software atau program yang terdiri atas komponen-komponen perangkat lunak.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (3/8/2019), hal itu disampaikan oleh dua sumber yang telah mendapatkan briefing soal rencana perubahan software ini. Rencana ini pertama kali dilaporkan oleh media lokal AS, The Seattle Times.
Disebutkan dua sumber tersebut bahwa desain ulang software ini melibatkan penggunaan dan penerimaan input dari kedua komputer pengendali penerbangan, bukan hanya satu.
Sejumlah pihak yang memahami desain pesawat Boeing menyebutkan bahwa selama berpuluh-puluh tahun, pesawat model 737 buatan Boeing hanya menggunakan satu komputer pengendali penerbangan untuk setiap penerbangan. Sistem akan berganti ke komputer pengendali lainnya dalam penerbangan berikutnya.
Rencana mengubah arsitektur software ini disebut menjadi bagian dari upaya mengatasi masalah baru yang ditemukan saat uji simulator digelar Otoritas Penerbangan Federal Amerika Serikat atau FAA terhadap Boeing 737 MAX yang sedang menjalani perbaikan software pada Juni lalu.
Diketahui bahwa Boeing 737 MAX di-grounded secara global sejak Maret lalu, setelah terjadi dua kecelakaan dalam jangka waktu kurang dari lima bulan. Kecelakaan yang dialami Lion Air JT 610 pada Oktober 2018 dan Ethiopian Airlines ET 302 pada Maret lalu menewaskan total 346 orang.
Menurut dua sumber yang dikutip Reuters, Boeing masih berharap untuk bisa menyelesaikan perbaikan software pada akhir September mendatang, agar segera bisa diajukan ke FAA dan Boeing 737 MAX bisa disertifikasi ulang untuk mengudara lagi.
Pada Juni lalu, FAA menyatakan pihaknya menemukan risiko baru yang perlu ditangani sebelum Boeing 737 MAX bisa mengudara kembali. Saat itu, sumber dari pihak Boeing mengungkapkan bahwa dalam uji coba simulator, pilot-pilot mendapati kegagalan mikroprosesor bisa mendorong hidung pesawat ke daratan. Mikroprosesor merupakan sebuah sirkuit terpadu atau integrated circuit (IC) yang dipakai sebagai otak utama dalam sistem komputer.
Menurut sumber itu, saat menguji coba potensi kegagalan mikroprosesor dalam simulasi, situasinya menjadi ‘sulit bagi pilot penguji untuk mengatasinya dalam hitungan detik’. “Dan jika Anda tidak bisa mengatasinya dalam hitungan detik, maka itu menjadi risiko yang tidak masuk akal,” sebut sumber tersebut.
Saat dimintai tanggapan soal laporan The Seattle Times, FAA menolak berkomentar. Sedangkan Boeing belum memberikan tanggapan.(ARF)