TRIPOLI –
Saif al-Islam Khadafi, putra kedua dari mendiang pemimpin Libia yang digulingkan, Kolonel Muammar Khadafi, diyakini telah dibebaskan lewat proses amnesti. Langkah ini dapat memicu berlanjutnya situasi politik yang tidak stabil.
Saif yang dulu dicalonkan sebagai pengganti ayahnya sebagai penguasa Lybia sebelum Muammar Khadafi jatuh dan terbunuh, ditahan oleh milisi di kota Zintan selama enam tahun terakhir.
Batalion Abu Bakr al-Siddiq mengatakan bahwa Saif telah dilepaskan pada Jumat lalu tapi belum diperlihatkan ke publik.
Laporan media setempat menyatakan bahwa kini dia berada di kota Bayda di timur dengan kerabatnya.
Kelompok milisi tersebut mengatakan bahwa mereka bertindak atas permintaan dari “pemerintahan interim”.
Pemerintahan tersebut – berbasis di timur Libia – sudah menawarkan amnesti ke Saif al-Islam.
Meski begitu, dia telah dijatuhi hukuman mati secara absentia oleh pengadilan di Tripoli, di barat negara tersebut, dan kendali berada di pihak rival, Pemerintahan Kesepakatan Nasional yang didukung oleh PBB.
Laporan sebelumnya yang menyatakan Saif al-Islam Khadafi sudah dibebaskan terbukti palsu.
Saif juga diincar oleh Pengadilan Kriminal Internasional untuk kejahatan terhadap kemanusiaan atas keterlibatannya dalam upaya ayahnya yang gagal untuk meredam pemberontakan.
Pria berusia 44 tahun itu, yang secara kontroversial mendapat gelar PhD dari London School of Economics pada 2008 – ditangkap pada November 2011 setelah melarikan diri selama tiga bulan karena kejatuhan rezim Khadafi.
Sebelumnya, dia dikenal telah memainkan peran penting dalam membangun hubungan dengan Barat setelah 2000, dan bahkan dianggap sebagai wajah reformis dalam pemerintahan ayahnya.
Namun setelah pemberontakan 2011, Saif dituduh telah menghasut kekerasan dan membunuh demonstran. Empat tahun kemudian, dia dijatuhi hukuman mati oleh tim penembak dalam pengadilan terhadap 30 orang terdekat Khadafi. (ADI)