JAKARTA,khatulistiwaonline.com
Jumlah pengungsi Gunung Agung di Bali terus bertambah. Hal ini karena aktivitas vulkanik gunung tersebut terus meningkat.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan jumlah pengung hingga pukul 18.00 WITa mencapai 96.086 jiwa yang terbagi di 430 titik pengungsian. Ia juga mengatakan pergerakan magma mulai mendekati permukaan sehingga peluang terjadinya letusan cukup besar.
“Pergerakan magma mendekati permukaan terus berlangsung. Peluang terjadinya letusan cukup besar. Namun tidak dapat dipastikan kapan akan meletus secara pasti. Jumlah pengungsi terus bertambah. Pengungsi mencapai 96.086 jiwa di 430 titik pengungsian di 9 kabupaten/kota,” ujar Sutopo, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (27/9/2017).
Sutopo mengatakan sebaran pengungsi terbagi di 9 kabupaten/kota, di Kabupaten Badung 15 titik (5.879 jiwa), Kabupaten Bangli 30 titik (5.076 jiwa), Kabupaten Buleleng 26 titik (16.901 jiwa), Kota Denpasar 27 titik (2.539 jiwa), Kabupaten Gianyar 13 titik (1.011 jiwa), Kabupaten Jembrana 29 titik (514 jiwa), Kabupaten Karangasem 100 titik (39.859 jiwa), Kabupaten Klungkung 162 titik (19.456 jiwa), dan Kabupaten Tabanan 27 titik (4.851 jiwa).
“Aktivitas vulkanik masih tetap tinggi. PVMBG melaporkan hingga Rabu siang terpantau 329 kali gempa vulkanik dangkal, 444 kali gempa vulkanik dalam, dan 56 kali gempa tektonik lokal. Secara visual asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis dan tinggi 50 meter di atas kawah puncak,” jelasnya.
Menurut Sutopo jumlah gempa pada hari Rabu (27/9), terhitung lebih banyak dari kemarin. Selain itu gempa juga dirasakan meningkat. Sutopo juga mengatakan jumlah pengungsi meningkat akibat masyarakat yang berada di luar zona berbahaya ikut mengungsi.
“Sebab masyarakat tidak tahu posisi sebenarnya dari batas radius yang dilarang. Selain itu juga faktor psikologis akibat bahaya dari meletusnya Gunung Agung,” ujarnya.
“Secara umum kebutuhan dasar pengungsi mencukupi. Partisipasi masyarakat Bali sangat besar membantu pengungsi. Gotong royong, solidaritas dan kekompakan masyarakat menyebabkan penanganan pengungsi terlaksana baik,” sambung Sutopo.
Selain itu BNPB juga memasang lima unit sirene mobile iCast Rapid Deployment Public Notification System (iRADITIF) di sekitar Gunung Agung. Pemasangan sirine ini sebagai sarana peringatan kepasa masyarakat agar segera mengungsi atau menghindar dari bahaya letusan Gunung Agung.
“Sirine ini mampu melayani masyarakat dengan kekuatan bunyi bisa mencapai 2 kilometer. Sirine dibunyikan secara manual oleh petugas jaga yang terhubung pos komando utama di Karangasem. Ada juga rambu-rambu evakuasi yang menginformasikan posisi di lapangan dari radius berbahaya. Rambu tertulis seperti ‘anda saat ini berada di radius 9 km dari puncak kawah Gunung Agung’,” tuturnya.(ADI)