Selayang –
Indonesia sudah 26 tahun tak meraih emas SEA Games. Tahun ini ‘Garuda Muda’ tak berhasil mengakhiri tren tersebut.
Indonesia harus puas dengan medali perunggu di cabang olahraga sepakbola SEA Games 2017. Usai tersingkir di semifinal oleh Malaysia, tim ‘Merah Putih’ memenangi laga perebutan tempat ketiga melawan Myanmar di Stadion MPS Selayang, Selasa (29/8/2017) sore.
Itu merupakan perunggu keempat dalam sejarah keikutsertaan Indonesia di SEA Games. Secara keseluruhan, Indonesia meraih dua emas, empat perak, dan empat perunggu di ajang multievent Asia Tenggara ini.
Emas terakhir Indonesia sendiri didapatkan pada tahun 1991 silam di Manila alias 26 tahun yang lalu. Kala itu Indonesia menang adu penalti 4-3 atas Thailand usai bermain imbang selama 120 menit.
Kembali gagalnya Indonesia meraih emas menunjukkan adanya problem serius yang perlu ditangani dengan bertahap dan berkelanjutan. Pelatih timnas Indonesia Luis Milla menyebut ada tiga faktor yang fundamental yang harus dibenahi: kompetisi usia muda, infrastruktur yang oke, dan adanya kurikulum sepakbola.
“26 tahun gagal emas dan tahun ini kami kembali gagal emas. Menurut saya kalau bicara soal bagaimana mendapatkan emas lagi setelah berpuluh-puluh tahun itu butuh analisis yang panjang,” kata Milla.
“Tetapi yang bisa saya katakan adalah hal yang bisa kita perbaiki adalah kita harus punya sepakbola dasar dulu. Sepakbola dasar di sini maksudnya kita harus perbaiki kompetisi anak-anak. Anak-anak harus bermain, ada kompetisi usia muda.”
“Kedua, adanya tempat untuk anak-anak bermain. Di sini artinya infrastruktur yang bagus. Ini yang harus kita perbaiki. Dan dua hal ini adalah pekerjaan yang butuh waktu, tidak bisa instan.”
“Kita butuh plan yang bagus, plan yang bisa membawa kita ke arah perbaikan. Ada hal yang perlu ditambahkan juga, yakni kurikulum. Harus ada kurikulum, di mana ide-ide cara kita bermain atau cara timnas bermain bisa diaplikasikan ke anak-anak usia muda,” imbuhnya seperti dikatakan kepada para wartawan usai laga melawan Myanmar.(ADI)