SOLO, KHATULISTIWAONLINE.COM
Aksi penolakan kehadiran Anies Baswedan kembali merebak di kota Solo. Hari Rabu (1/2/2023) di beberapa lokasi kota Solo terpasang spanduk bertuliskan penolakan mantan Gubernur DKI tersebut.
Kabar yang beredar lewat pesan WhatsApp, pada hari yang sama, Anies berkunjung ke Solo menghadiri sebuah acara di Kampus UNS Solo. Beberapa warga dan elemen masyarakat anti politik identitas menyikapi dengan memasang spanduk penolakan.
Ormas lintas agama dan budaya Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) melalui Ketua Umumnya AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal) mengapresiasi aksi spontan warga Solo tersebut.
“Untuk kesekian kalinya, Anies ditolak kehadirannya di berbagai daerah. Meskipun aksi tersebut kecil dan bersifat simbolis, namun membawa pesan penting untuk Anies dan para gerombolan politik identitas di belakangnya untuk tidak main-main dengan aspirasi warga Solo. Kehadiran Anies di berbagai daerah hanya akan semakin memecah belah umat dan masyarakat yang cinta kebhinekaan. PNIB bersama warga masyarakat akan konsisten melakukan penolakan dengan cara semampu kita” kata Gus Wal.
Rumor politik terkait suksesi 2024 yang masih belum pasti, dimanfaatkan segolongan orang dengan kepentingan kekuasaan. Meraup dukungan dengan cara memecah belah masyarakat dengan iming-iming materi. Kebebasan demokrasi dan kerukunan umat beragama dirusak oleh ambisi berkuasa.
“Masyarakat tidak paham konspirasi politik yang terjadi di tingkat elite. Yang dipahami masyarakat hanya satu, sosok bapak politik identitas, Anies Baswedan jauh dari layak untuk dicalonkan untuk jabatan apapun. Rekam jejaknya sudah tidak ada yang bisa ditutup-tutupi lagi. Cukup Jakarta saja yang dibuat berantakan, Indonesia jangan!!” imbuh Gus Wal.
PNIB sebagai ormas pro NKRI dan Kebhinekaan selama ini dikenal dengan gerakannya menolak intoleransi, politik identitas, khilafah, radikalisme, terorisme dan antek-antek HTI/FPI yang masih bergerak di sekitar kita. PNIB senantiasa mendukung TNI Polri, Densus 88 dalam memerangi para perusuh negara menggunakan topeng agama.
“Jika ormas lain hanya sibuk ber-statement, kami PNIB di seluruh Nusantara sudah bergerak nyata di lapangan. Menggelorakan merah putih, Pancasila dan NKRI menjadi agenda utama kami selain menolak khilafah, HTI dan FPI yang sudah dilarang pemerintah. Kami melakukannya hanya bermodal gotong royong demi menyelamatkan bangsa dan negara dari ancaman Indonesia menjadi hancur seperti Suriah” pungkas Gus Wal.
Masyarakat pada akhirnya paham esensi perjuangan aksi-aksi PNIB selama ini bukan semata untuk hari ini, tetapi untuk masa depan anak dan cucu bangsa kelak. PNIB lahir dari kegelisahan masyarakat lintas agama dan golongan yang sudah muak dengan propaganda asing memecah belah bangsa. (JRS)