JAKARTA, KHATULISTIWAONLINE.COM
Menjadi salah satu ormas yang paling gencar menyuarakan gerakan anti khilafah, politik identitas, intoleransi dan radikalisme, Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) mengalami banyak kendala dan tekanan.
PNIB yang lahir dari kesadaran mempertahankan NKRI dari gangguan paham dan ideologi asing, harus berhadapan dengan gerombolan pengacau yang juga saudara anak bangsa sendiri.
Ketua PNIB, Gus Wal kepada Wartawan, Sabtu (26/11/2022 mengatakan terkait perjuangannya yang selama ini hanya bermodal dengkul dan semangat.
“Masyarakat harus diberikan penjelasan tentang bahaya laten virus khilafah dan politik identitas. Selama ini hanya dianggap riuh di media sosial, tetapi sebenarnya sudah menjalar ke pelosok daerah dengan massif.
Pembangunan sekolah Wahabi di Wonosalam Jombang seluas 70 hektar, Da’i-dai provokator yang bebas berdakwah tentang khilafah, kelompok PA 212 dan safari politik Anies Baswedan menjadi bukti masyarakat kita sedang berupaya dibenturkan dengan pemerintah NKRI yang sah,” ujar Gus Wal.
Disebutkan, kelompok HTI, FPI yang sudah dibubarkan pemerintah karena tidak mengakui Pancasila sebagai ideologi, tidak lantas membuat mereka berhenti bergerilya.
Aksi penangkapan terduga teroris di berbagai daerah masih terjadi, menunjukkan bahwa sel-sel intoleransi dan radikalisme terus tumbuh seiring penyebaran paham anti NKRI yang bergerak senyap.
“Virus khilafah yang ingin mengganti sistem dan mendirikan negara Islam di Indonesia didanai pihak luar yang menginginkan perang saudara di negeri kita. Mereka mengatasnamakan agama untuk mendegradasi tradisi dan budaya masyarakat. Menyerang kebijakan pemerintah tanpa argumentasi menjadi aktifitas keseharian mereka. Mencekoki pelajar dan generasi muda dengan menanamkan kebencian pada kaum minoritas telah melahirkan perpecahan di akar rumput” lanjut Gus Wal.
“Banyak kaum munafikun yang kelakuannya sudah terang-terangan, mencaci maki pemerintah namun masih berharap bantuan sosial, demo menurunkan Presiden tapi masih numpang makan dan hidup pada negara.
Mereka yang termakan provokasi dai penceramah provokatif sebenarnya tidak paham apa yang sebenarnya terjadi. Kebencian sesaat tetapi tidak paham efek jangka panjang bagi anak cucu mereka juga” jelas Gus Wal membeberkan argumentasinya.
PNIB dengan segenap upayanya yang terus mengedukasi masyarakat, menurut Gus Wal bersama tokoh agama dan elemen masyarakat setia berada di garis terdepan menentang aksi-aksi pemecah belah umat.
Kirab merah putih di Bandung, Jakarta, Jogjakarta, Surabaya, Malang dan kota-kota lainnya akan terus dilakukan sebagai upaya mempererat persatuan dan kesatuan yang kini sedang terancam terpecah belah. (JRS)