JAKARTA, KHATULISTIWA ONLINE.COM
Serangan terorisme kembali terjadi di Indonesia.Tak tanggung-tanggung, aksi terorisme tersebut menyasar Istana Negara.
Serangan nekat teroris yang dilakukan oleh seorang perempuan dengan menyerang Paspampres langsung di Istana Negara, selain merupakan tempat tinggal Presiden selaku pemimpin bangsa juga merupakan simbol dan lambang negara tersebut sontak mengagetkan publik tanah air.
Meski terkesan konyol, serangan teroris yang dilakukan seorang diri (lone wolf) oleh wanita tersebut adalah alarm bahaya bagi rakyat Indonesia.
Seorang wanita berani menyasar Istana Negara sebagai target serangan aksi terorisme adalah merupakan hal yang tak bisa dianggap sepele.
“Meski aksi serangan tersebut “gagal total” karena berhasil diantisipasi oleh polisi dan Paspampres, namun serangan yang dilakukan oleh wanita tersebut merupakan tamparan keras bagi kita semua, bahwasanya Indonesia Darurat Terorisme, Khilafah dan Politik Identitas, ujar Ketua Umum Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB), AR Waluyo Wasis Nugroho alias Gus Wal kepada Khatulistiwa online.com Kamis (27/10/2022).
Menurut Gus Wal, seorang diri menyerang Istana Negara dengan membawa pistol dan kitab suci adalah sebuah tindakan yang keblinger karena mabok agama “belajar agama” kepada orang yang salah dan dengan doktrin doktrin yang salah.
“Agama hadir untuk membawa kedamaian dan perdamaian kepada semua makhluk, tak hanya kepada sesama manusia saja. Jadi sudah sangat jelas jika yang dipelajari oleh pelaku tersebut adalah berasal dari sebuah ajaran dari paham ideologi yang salah dalam menafsirkan dan mengimplementasikan ajaran agama.
Tidak ada ajaran dalam Agama manapun yang menganjurkan untuk melakukan kekerasan, apalagi terorisme” jelas Gus Wal menyikapi aksi teroris beberapa hari lalu.
Dari kejadian serangan Terorisme di Istana Negara tersebut, PNIB meminta kepada pemerintah dan aparat penegak hukum untuk lebih ketat dalam memperbaiki sistem keamanan untuk menjaga keamanan Rakyat dan bangsa Indonesia dari ancaman serangan Terorisme, terlebih Indonesia sedang menjadi tuan rumah KTT G20 diberbagai wilayah.
“Kami berharap alutsista dari Densus 88, Polri dan TNI bisa ditingkatkan untuk mendukung tugas pokoknya dalam menjaga keamanan rakyat dan bangsa Indonesia” lanjut Gus Wal mengingatkan.
“Dan kami sangat berharap kepada pemerintah dan aparat hukum untuk mengusut tuntas motif dari pelaku serangan Terorisme di Istana Negara serta menindak tegas teman- teman pelaku yang berpaham serta mempunyai maksud tujuan yang sama dengan pelaku,” lanjutnya.
Gus Wal juga menanggapi dengan tegas: “Rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke ingin Indonesia aman dari aksi-aksi dan serangan terorisme, karena kami tak ingin Indonesia yang indah subur makmur ini menjadi lahan perang dan pertumpahan darah seperti di Afganistan, Iraq, Suriah dll yang kesemuanya itu bermula dari paham seperti yang dianut oleh pelaku serangan teroris,” katanya.
Gus Wal juga mengingatkan, jangan pernah biarkan Indonesia dipimpin oleh seorang yang dekat dan didukung oleh yang berpaham sama dengan pelaku terorisme. Jangan pilih calon presiden, Calon Gubernur, Calon Bupati, Calon Lurah yang didukung oleh para pemuja pengasong Khilafah Radikalisme, Terorisme dan politik identitas, jika tak ingin Indonesia seperti Afganistan Iraq dan Suriah” kata Gus Wal dengan tegas.
PNIB berharap negara dalam hal ini pemerintah dan aparat penegak hukum berani tegas menindak para eks FPI, HTI dan NII yang masih eksis menyebarkan paham ideologinya yang mengancam eksistensi bangsa dan mengancam keamanan keselamatan rakyat dan bangsa Indonesia. (JRS)