JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM –
Pemerintah Amerika Serikat menghentikan sementara bantuan militer ke Mali setelah sekelompok perwira militer pemberontak merebut kekuasaan dan menahan presiden negara Afrika Barat itu.
Tidak akan ada “pelatihan atau dukungan lebih lanjut pada angkatan bersenjata Mali – kami telah menghentikan semuanya sampai kami dapat memperjelas situasinya,” kata utusan khusus AS untuk Sahel, J. Peter Pham, kepada wartawan.
“Tidak jelas pasukan mana yang terlibat dalam pemberontakan itu, siapa yang terlibat secara khusus, di mana letak loyalitas,” katanya seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (22/8/2020).
Sebelumnya, pada hari Selasa (18/8), pasukan pemberontak menangkap presiden berusia 75 tahun yang terpilih tetapi tidak populer di negara itu, Ibrahim Boubacar Keita.
Mereka memaksanya untuk mengumumkan pengunduran dirinya dan membentuk junta yang akan berkuasa sampai “presiden transisi” mengambil alih.
Pham mengatakan pemerintah AS, yang sangat prihatin dengan para pemberontak di negara itu, telah melakukan kontak dengan junta, yang menyebut dirinya Komite Nasional untuk Penyelamatan Rakyat.
“Mereka tidak menyiratkan pengakuan tetapi mengakui bahwa orang-orang ini pada tingkat tertentu mengendalikan hal-hal tertentu,” ujar Pham.
Pengambilalihan – Pham menghindari istilah “kudeta” – “tentu saja tidak akan membantu,” katanya, karena Amerika Serikat dan negara-negara lain bekerja sama dengan militer Mali untuk memerangi Al Qaeda dan kelompok terkait ISIS yang melakukan serangan-serangan di wilayah tersebut.
Pham mengulangi permintaan AS agar Keita dibebaskan, dengan memperhatikan usia dan kesehatannya yang buruk.
“Dia adalah kepala negara yang dipilih secara sah,” kata Pham.(RIF)