Ankara –
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam akan menutup dua pangkalan militer strategis yang digunakan Amerika Serikat di Turki. Ancaman ini disampaikan setelah Washington mengancam akan menjatuhkan sanksi-sanksi pada Turki dikarenakan pembelian senjata Rusia.
“Jika diperlukan, kita bisa menutup Incirlik dan kita bisa menutup Kurecik,” kata Erdogan di saluran televisi pro-pemerintah A Haber seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (16/12/2019).
Kedua pangkalan militer itu berada di wilayah pantai barat daya Turki, dekat perbatasan dengan Suriah.
Sebelumnya, Erdogan telah beberapa kali menyinggung kemungkinan penutupan kedua pangkalan militer tersebut di saat terjadi ketegangan antara kedua negara.
Angkatan Udara AS menggunakan pangkalan udara di Incirlik untuk melancarkan serangan ke posisi-posisi yang dikuasai kelompok radikal ISIS di Suriah. Adapun di pangkalan Kurecik terdapat sebuah stasiun radar NATO yang besar.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengangkat isu pangkalan militer tersebut. Menanggapi ancaman sanksi-sanksi baru dari AS, dia mengingatkan bahwa penutupan kedua pangkalan militer tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan.
Diketahui bahwa Turki menghadapi ancaman sanksi-sanksi AS terkait keputusannya membeli sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia, meski Washington telah beberapa kali mengingatkan soal pembelian tersebut.
Pada Jumat (13/12) waktu setempat, Turki memanggil Duta Besar AS setelah Senat AS mengikuti majelis rendah parlemen dan memutuskan untuk menyetujui RUU yang isinya mengakui pembunuhan warga Armenia tahun 1915 sebagai genosida. RUU tersebut masih harus ditandatangani oleh Presiden Donald Trump.
Otoritas Armenia mengklaim bahwa 1,5 juta jiwa tewas dalam gelombang pembunuhan tahun 1915 tersebut. Otoritas Turki menyebut bahwa jumlah korban tewas jauh lebih rendah dari angka tersebut dan warga Turki juga tewas dalam pembunuhan tersebut. Otoritas Turki menyalahkan rentetan pembunuhan itu pada Perang Dunia I.(RIF)