JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Setiap tanggal 5 Oktober diperingati sebagai hari ulang tahun atau HUT TNI. Perlu diketahui sejarah dan latar belakang berdirinya TNI yang berkaitan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sejak didirikan, TNI telah mengalami banyak perkembangan dan penyempurnaan organisasi untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dalam melaksanakan perannya sebagai kemananan dan pertahanan negara.
Ternyata, sebelum Indonesia merdeka atau disebut masa penjajahan, telah ada lembaga militer yang dibentuk berisikan prajurit dari pribumi. Lembaga tersebut yakni Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) atau tentara kerajaan Hindia-Belanda, yang dibentuk ketika Perang Diponegoro. Kemudian ada juga tentara PETA (Pembela Tanah Air) yang dibentuk pemerintahan Jepang untuk melawan sekutu pada Perang Dunia II.
Ingin tahu lengkapnya? Simak sejarah dan latar belakang berdirinya TNI berikut ini:
1. Militer Hindia-Belanda Yang Bernama KNIL
KNIL dibentuk sebagai pasukan khusus sekitar tahun 1826-1830, ketika perang Diponegoro berlangsung. Meskipun melayani pemerintahan Hindia-Belanda, KNIL sebenarnya bukanlah pasukan Belanda asli. Banyak diantara anggota-anggotanya adalah orang pribumi dan merupakan tentara bayaran yang digaji oleh pemerintah Hindia-Belanda.
Bahkan Belanda menyewa tentara dari negeri lain sebagai serdadu sendiri, beberapa berasal dari Perancis, Jerman, Belgia, dan Swiss. Namun, jumlah orang-orang ini sangat sedikit. Mayoritas tentara KNIL adalah orang Indonesia. Hal ini karena pemerintah Kerajaan Belanda melarang pasukan perang mereka yang sesungguhnya, untuk menduduki daerah jajahan.
KNIL pada akhirnya resmi dibubarkan pada tahun 1950, melalui sebuah surat pengumuman pembubaran yang dibuat oleh Ratu Juliana. Kemudian hasil Konferensi Meja Bundar, para tentara bekas KNIL diizinkan memperkuat TNI. Nama-nama mantan KNIL yang kemudian berpengaruh terhadap TNI yang semakin kuat, di antaranya adalah AH Nasution dan Soeharto yang bahkan bisa menjadi Presiden Indonesia.
2. Tentara PETA
Pembela Tanah Air (PETA) merupakan organisasi yang dibentuk pemerintahan jepang, pada tanggal 03 Oktober 1942. Diakui Jepang, pembentukan PETA adalah sebagai bentuk tindak lanjut, atas surat permohonan pendirian organisasi yang diajukan oleh Gatot Mangkupradja.
Sejarah dibentuknya PETA ini berkaitan dengan hasrat Indonesia untuk merdeka. Jepang yang terhimpit musuh akibat perang Asia Timur, dan perang Pasifik, kemudian mengambil keuntungan dari keadaan negara jajahannya yang memihak.
PETA lalu bubar secara baik-baik tanpa ada kerusuhan pada 19 Agustus 1945. Pembubaran tersebut dilakukan setelah Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Presiden Soekarno menyetujui pembubaran PETA agar menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia merdeka atas perjuangannya sendiri.
Para pemimpin dan anggota PETA yang sejak awal memang hanya memperalat organisasi ini, untuk memerdekakan Indonesia. Salah satu sejarah yang tercatat adalah pemberontakan PETA di Blitar yang dipimpin oleh Soepriyadi, pada 14 Februari 1945.
3. BKR Tentara Pertama Milik Indonesia
Setelah menyatakan kemerdekaan Indonesia melalui Proklamasi, kemudian dibentuklah Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada 23 Agustus 1945. Tapi, BKR bukanlah institusi militer resmi Indonesia. Melainkan di bawah Komite Nasional Indonesia (KNI).
Bertujuan untuk menjaga kemanan daerah, memberikan rasa aman, dan membantu korban-korban setelah perang kemerdekaan. Lalu, secara bertahap dibentuklah BKR Darat, BKR Laut, dan BKR Udara.
4. Berkembang Menjadi TKR, TRI, Hingga Jadi TNI
Kemudian pemerintah Indonesia mengubah BKR menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945. Lalu memasukkan para mantan anggota PETA. BKR Darat, Laut, dan Udara secara bertahap juga menyesuaikan penamaannya.
Namanya sempat diubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat pada 7 Januari 1946. Namun kembali berganti nama menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) melalui Penetapan Pemerintah Nomor 4/SD Tahun 1946.
Pada 3 Juni 1947, Presiden Sukarno mengubah kembali nama institusi militer ini menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dengan menunjuk Jenderal Soedirman menjadi Panglima Besar pertama TNI. HUT TNI tanggal 5 Oktober berawal dari mulai berdirinya TKR.
Sementara itu, perayaan HUT TNI ke-74 tahun 2019, berlokasi di Lapangan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Acara dimeriahkan demo tempur, keterampilan prajurit, serta memamerkan berbagai alutsista milik TNI.(VAN)