Seoul –
Meski dibayangi ancaman Korea Utara (Korut), latihan militer gabungan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan (Korsel) akan tetap digelar. Latihan militer ini tetap digelar meski pemimpin Korut Kim Jong-Un terang-terangan mengungkapkan kemarahannya atas latihan itu dan menyerukan penghentian latihan.
Kepastian soal latihan militer tahunan ini disampaikan pejabat Pentagon usai rangkaian peluncuran rudal-rudal Korut. Salah satu peluncuran rudal itu bahkan disebut Korut sebagai peringatan serius bagi Korsel terkait latihan militer gabungan dengan AS.
Namun meski Pyongyang mengancam bahwa latihan militer itu dapat mempengaruhi upaya dimulainya kembali perundingan denuklirisasi dengan Washington, latihan itu tetap akan dilakukan.
“Yang kami tahu, tak ada penyesuaian ataupun perubahan dalam rencana,” ujar seorang pejabat senior Pentagon atau Departemen Pertahanan AS yang enggan disebut namanya, seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (1/8/2019).
Diketahui bahwa Washington menempatkan nyaris 30 ribu tentaranya di Korsel untuk mempertahankan negara sekutunya itu dari tetangganya, Korut yang menginvasi Korsel pada tahun 1950.
Latihan militer tahunan AS-Korsel telah berulang kali memicu kemarahan Korut, yang menganggapnya sebagai latihan untuk invasi wilayahnya.
Pada Rabu (31/7) pagi waktu setempat, Korut kembali menembakkan dua rudal balistik jarak pendek di wilayah perairan pantai timurnya, yang menurut militer Korsel, merupakan peluncuran kedua dalam sepekan.
Korut menyebut peluncuran rusak tersebut sebagai “peringatan serius” kepada Seoul terhadap rencana latihan militernya dengan Washington.
Sebelumnya, Kim Jong-Un menunjukkan kemarahannya dengan menyebut latihan tahunan AS-Korsel yang akan berlangsung hingga bulan depan itu, sebagai persiapan untuk perang.(ARF)