JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkum HAM) Yasonna H Laoly menjadi inspektur upacara peringatan ke-55 Hari Bhakti Pemasyarakatan. Dalam kesempatan ini Yasonna mengingatkan petugas pemasyarakatan untuk bersikap profesional dalam bertugas.
Upacara digelar di Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta, Jl Bekasi Timur, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (27/4/2019). Tema yang diusung pada yakni ‘Mengimplementasikan Nilai Profesional, Akuntabel, Sinergis, Transparan, dan Inovatif (PASTl) demi mewujudkan Revitalisasi Pemasyarakatan. Hadir Kementerian Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM) Bambang Rantam Sariwanto, Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen PAS) Sri Puguh Budi Utami dan jajaran serta staf Kemenkum HAM.
Dalam amanatnya Yasonna mengatakan peringatan Hari Bhakti Pemasyarakatan bukan hanya sebagai upaya mengenang sejarah. Namun menjadi daya pacu untuk meningkatkan pengabdian dalam menciptakan pemasyarakatan yang lebih baik.
“Peringatan Hari Bakti Pemasyarakatan ke-55 tentu tidak hanya dijadikan sebagai nostalgia semata atau mengenang history. Peringatan itu harus mampu menjadi spirit, daya pacu, meningkatkan legacy yang baik untuk meneruskan semangat juang dan pengabdian para pendahulu yang telah menegakkan dasar-dasar pemasyarakatan,” kata Yohanna.
Yosanna mengatakan perjuangan yang dilakukan oleh tokoh pemasyarakatan terdahulu bukanlah sebagai filosofi balas dendam atas perbuatan yang dilakukan warga binaan. Namun sebagai upaya untuk melanjutkan cita-cita para pendahulu dalam membina narapidana.
“Keberanian mengambil sikap untuk meninggalkan filosofi pembalasan, menuju filosofi pemasyarakatan yang dilakukan oleh pendahulu kita adalah merupakan dasar bagi kita untuk terus melanjutkan cita-cita mereka,” lanjutnya.
Dia menambahkan indikator pemulihan warga binaan adalah kemampuan untuk meningkatkan kepribadian narapidana. Sehingga warga binaan yang telah menyelesaikan masa di dalam lembaga pemasyarakatan agar menjadi warga negara yang berguna bagi bangsa dan negara.
“Indikator keberhasilan pemulihan kesatuan lingkungan hidup, dan penghidupan terletak pada kemampuan kemampuan pemasyarakatan dalam memperbaiki dan meningkatkan kapasitas narapidana. Baik dalam dimensi kepribadian, mental, spiritual, maupun dalam dimensi kemandirian. Bukan hanya secara ekonomi, mampu mandiri dalam menjalankan kehidupannya kembali. Menjadi warga negara yang berguna bagi bangsa dan negara,” kata dia.
Diakhir amanatnya, Yasonna meminta kepada seluruh jajaran pemasyarakatan untuk menerapkan sikap PASTI. Selain itu mengaskan agar setiap jajaran pemasyarakatan agar senantiasa berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik kepada warga binaan.
“Saya mengajak seluruh jajaran permasyarakatan untuk betul-betul mengambil sikap yang profesional sesuai dengan sistem kita PASTI, Profesional, Akuntabel, Transparan, Sinergis dan Inovatif. Untuk menjaga keinginan tersebut dipenuhkan langkah-langkah perbaikan yang dilandasi dengan sebuah kata kunci, komitmen. Karena komitmen akan menjadi fondasi kita, benteng kita dalam menjalankan niat baik,” tutupnya.
Rangkaian Upacara Peringatan Hari Bakti Pemasyarakatan ke-55 diisi dengan acara penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan berbagai kementerian dan lembaga. Dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada jajaran pemasyarakatan dan beberapa kepala daerah, serta launching buku “Pemasyarakatan dan Legacy” karya Yosanna.
Selain itu, ada penyerahan buku “Biarkan saja Metronom itu” oleh Arswendo Atmowiloto kepada Menkum HAM, atraksi kolone senapan oleh pleton kolone senjata petugas pemasyarakatan, penampilan seni beladiri Yongmoodo Lapas Kelas IIA Ambarawa, display marching band taruna Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (POLTEKIP).
Puncaknya persembahan tari kolosal “Rampak 55” oleh 55 warga binaan yang diakhiri dengan pemotongan tumpeng oleh Menkum HAM, Sekjen Kemenkum HAM dan Direktur Jenderal Pemasyarakatan.(DON)