Ankara –
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan geram pada Amerika Serikat dan Eropa dan menuding mereka mencampuri urusan dalam negeri Turki. Erdogan menyampaikan hal ini setelah pemerintah AS dan Uni Eropa mengomentari hasil pemilihan kepala daerah (pilkada) di Turki.
Erdogan dan partainya, AK mengalami kekalahan dalam pilkada di ibu kota Ankara dan di Istanbul, pusat ekonomi dan kota terbesar di Turki. Bahkan pemerintah Turki telah memprotes hasil di Istanbul dan menuntut penghitungan suara ulang.
Terkait hasil tersebut, pemerintah AS menyerukan pemerintah Turki untuk menerima hasil pilkada yang digelar pada Minggu (31/3) waktu setempat itu. Uni Eropa pun menyerukan pemerintah Turki untuk mengizinkan para pejabat terpilih melaksanakan mandat mereka secara bebas.
Namun Erdogan geram atas pernyataan tersebut dan menyerukan AS dan Eropa untuk “tahu tempat Anda”.
“Amerika dan Eropa mencampuri urusan dalam negeri Turki,” ujar Erdogan kepada para wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (6/4/2019).
“Turki memberikan pelajaran demokrasi kepada seluruh dunia,” imbuh Erdogan.
Sebelumnya, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Robert Palladino mengatakan “pemilihan yang bebas dan adil adalah penting bagi demokrasi, dan ini berarti menerima hasil pemilihan yang sah adalah penting.”
Juru bicara Uni Eropa Maja Kocijancic juga mengatakan bahwa Uni Eropa mengharapkan para pejabat lokal yang terpilih bisa “melaksanakan mandat mereka secara bebas dan sesuai dengan prinsip-prinsip Dewan Eropa yang mana Turki tentunya menjadi anggotanya.”
Kendati Partai AK memperoleh suara terbanyak secara nasional, mereka kalah di Istanbul, Ankara, dan Izmir. Presiden Erdogan, tampaknya, belum siap melepas Istanbul – pusat ekonomi Turki sekaligus kota asalnya, tempat ia sendiri pernah menjadi walikota. Kekalahan di Ankara, Istanbul, dan beberapa kota lainnya menjadi pukulan telak bagi Erdogan dan bisa menjadi titik balik setelah 16 tahun berkuasa.(NOV)