JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berkunjung ke kediaman dua ulama di Banten. PDIP minta didoakan agar pasangan calon presiden Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma’ruf Amin memang pada Pemilu 2019.
Kunjungan pertama, rombongan yang dipimpin Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bersama Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat menuju rumah KH Muhtadi Dimyati atau Abuya Muhtadi di Cidahu, Candisari, Pandeglang, Banten. Mereka diterima langsung oleh Abuya Muhtadi.
“Maksud kami menghadap Abah sekaligus meminta doa restunya agar pemilu berjalan dengan baik, dan tadi sudah didoakan dengan semangat 45 memenangkan Jokowi-KH Ma’ruf Amin,” ucap Hasto di lokasi, Kamis (20/12/2018).
Abuya Muhtadi menyambut baik kedatangan Hasto dan Djarot. Dia pun mendoakan agar pasangan Jokowi-Ma’ruf sukses dalam pemilu.
“Saya mengucapkan terima kasih dengan kedatangan Bapak semua dan mohon bantuan untuk saudara saya Ma’ruf Amin, mohon se-Indonesia,” ucap Abuya Muhtadi.
Selain itu, Abuya Muhtadi menitip kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk menjaga persatuan. Baginya, ada empat golongan masyarakat yang harus bersinergi, yakni ulama, umaro atau pejabat, fukoro atau masyarakat miskin, dan ghaniya atau orang kaya.
“Kalau menyatu, insyaallah rukun. Nah, ini, kalau ini tidak nyatu, ya sudah, acak-acakan. Ini harus nyatu. Insyaallah, kalau nyatu, kita akan aman, tenteram, tidak ada berontak apa-apa,” ucapnya.
Setelah sowan ke kediaman Abuya Muhtadi, rombongan melanjutkan kunjungan ke Pesantren Al-Fathaniyah, Serang, Banten. Di sana Hasto bertemu dengan KH Matin Syarkowi.
Hasto dan Djarot menyampaikan beberapa hal kepada para santri, terutama soal menepis isu anti-Islam.
“Idul Fitri dan Idul Adha dilaksanakan DPP PDI Perjuangan. Kami selalu adakan itu. Kepala daerah selalu perintahkan jaga hubungan baik, terutama dengan NU,” ucap Hasto.
Sementara itu, Matin, yang pernah mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi-Ma’ruf, menyampaikan soal kritik kepada pemimpin. Kritik harus dilakukan dengan santun, tidak dengan cara menghina.
“Pemimpin itu dikritik dengan santun. Dikit-dikit disebut kriminalisasi ulama. Kalau salah, ya salah,” ucap Matin.
(DON)