JEMBER,khatulistiwaonline.com
Sejumlah nelayan di Kecamatan Puger memilih tidak melaut akibat ombak besar dan cuaca buruk. Akibatnya, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di minim ikan. Para tengkulak dan pedagang ikan terpaksa ke TPI yang ada di luar Jember untuk mendapat ikan guna memenuhi permintaan pasar.
Salah seorang pedagang ikan, Pia, mengaku sudah 2 minggu ini TPI Puger minim stok ikan yang diminati masyarakat. Ikan yang dijual di sana, hanya ikan-ikan yang selama ini jarang dikonsumsi konsumen.
“Ikan yang ada di TPI Puger sekarang ini kebanyakan ikan Caek dan Banyar. Harganya murah dan tidak begitu laku,” kata Pia.
Sedangkan menurut Pia, yang paling banyak diminati dan laku keras adalah jenis-jenis ikan Kerapu, Kakap dan ikan Putihan. Namun ikan itu sekarang ini sudah jarang ditemukan di TPI Puger.
“Kebanyakan ya itu tadi, ikan Caek dan Banyar yang peminatnya tidak banyak,” sambung Pia.
Padahal menjelang pergantian tahun, permintaan ikan Kerapu, Kakap dan Putihan cenderung naik. Biasanya ketiga jenis ikan itu dijadikan suguhan makanan untuk pesta pergantian tahun.
“Kan banyak masyarakat yang melakukan pesta bakar ikan untuk menyambut tahun baru. Biasanya yang dibakar ya tiga jenis itu, Kerapu, Kakap dan Putihan. Sayangnya ketiga ikan ini sulit kita dapat di TPI Puger,” terang Pia.
Karena permintaan terus naik, perempuan ini terpaksa membeli ikan ke luar Kota Jember untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dua tempat yang sering menjadi jujugan Pia dalam membeli ikan, yakni TPI Mayangan, Probolinggo dan Pelabuhan Muncar, Banyuwangi.
“Di sana stoknya masih ada. Memang tidak banyak, tapi yang penting ada, sehingga saya masih bisa memenuhi kebutuhan pelanggan. Khususnya di Jember,” kata Pia.
Karena dia membeli ikan dari luar kota, secara otomatis saat dijual di Jember harganya juga naik. Ini menyesuaikan dengan biaya transport yang harus dikeluarkan.
“Ya memang jadinya lebih mahal. Ikan Kerapu yang biasanya Rp35 ribu/kg, sekarang jadi sekitar Rp 50 ribu. Kakap yang sebelumnya saya jual Rp 25 ribu/kg, sekarang Rp 40 ribu. Juga ikan Putihan, harganya naik dari Rp 20 ribu jadi Rp 30 ribu/kg,” terang Pia.
Kendati harganya naik, namun Pia mengaku tiga jenis ikan itu masih laris di pasaran. Bahkan dia sering kewalahan memenuhi permintaan konsumen karena stoknya habis.
“Memang kalau menjelang tahun baru permintaan naik. Jadi meski harganya juga naik, tetap dicari konsumen, utamanya Kerapu, Kakap dan Putihan,” jelasnya.
Sementara salah seorang nelayan Puger, Sunardi membenarkan banyak nelayan Puger yang tidak melaut karena tingginya ombak dan cuaca buruk. Jika dipaksa pun, ikan yang didapat tidak sepadan dengan risikonya.
“Paling dapatnya ikan Caek dan Banyar. Harganya murah. Sedangkan kita risikonya adalah nyawa. Jadi nggak sesuai,” kata Sunardi.
Oleh karena itu, para nelayan lebih memilih beralih profesi untuk sementara waktu sambil menunggu ombak dan cuaca kembali normal. “Sambil menunggu kondisi laut membaik, kita biasanya kerja buruh tani, kuli, atau apalah yang penting dapat hasil,” kata Sunardi.
Sementara Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (P2SKP) Puger, Zainul mengatakan, ikan jarang berada di kawasan perairan laut Puger karena adanya angin barat. Hal itu sudah berlangsung sekitar 2 minggu.
“Ditambah lagi ombak sangat tinggi, bisa mencapai 4 meter. Juga sering turun hujan lebat. Ini membuat nelayan makin enggan melaut,” katanya.
Kondisi ini, lanjut Zainul, diprediksi berlangsung hingga bulan Maret 2018 mendatang. “Kalau mengacu pada siklus tahun-tahun sebelumnya, mungkin sampai Maret,” kata Zainul. (MAD)