Tripoli –
Sekitar 40 imigran tewas dalam sebuah serangan udara ke pusat detensi migran di pinggiran Tripoli, ibu kota Libya. Sedikitnya 70 orang lainnya luka-luka dalam serangan di Tajoura pada Selasa (2/7) malam waktu setempat itu.
“Ini penilaian sementara dan jumlah korban bisa bertambah,” kata juru bicara dinas darurat, Osama Ali seperti dikutip kantor berita AFP, Rabu (3/7/2019).
Dikatakan Ali, sebanyak 120 imigran ditahan di dalam hangar yang terkena serangan udara tersebut.
Menurut fotografer AFP, jasad-jasad berserakan di lantai hanggar, bercampur dengan barang-barang dan pakaian para migran yang berlumuran darah. Para petugas penyelamat melakukan pencarian untuk menemukan para korban yang mungkin masih tertimpa reruntuhan bangunan. Puluhan ambulans dikerahkan ke lokasi kejadian.
Dalam statemennya, Pemerintah Persatuan Nasional Libya (GNA) yang diakui internasional dan berbasis di Tripoli mengecam serangan itu sebagai “kejahatan keji” dan menuding pasukan oposisi pemerintah, Jenderal Khalifa Haftar, penguasa sebagian besar Libya timur dan selatan, sebagai pelaku serangan.
GNA menuding pasukan pro-Haftar melakukan serangan terencana dan presisi terhadap pusat migran tersebut. Jenderal Haftar yang memimpin Tentara Nasional Libya (LNA) membantah telah menyerang pusat detensi migran tersebut. Menurutnya, para milisi yang bersekutu dengan Tripoli telah menembak tempat itu, sebagai tanggapan atas serangan udara presisi oleh LNA di sebuah kamp.
Kota Tajoura, di sebelah timur Tripoli, adalah tempat bagi beberapa kamp militer yang bersekutu dengan GNA. Pasukan GNA selama tiga bulan telah memerangi pasukan Haftar yang berusaha mengambil alih ibu kota.
Sebelumnya pada Senin (1/7), Tentara Nasional Libya (LNA) yang berpusat di timur mengatakan akan memulai serangan udara besar-besaran menargetkan Tripoli.(ADI)